Seorang calon pendidik hanya dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik jika memperoleh jawaban yang jelas dan benar tentang apa yang
dimaksud pendidikan. Jawaban yang benar tentang pendidikan diperoleh melalui
pemahaman terhadap unsur-unsurnya, konsep dasar yang melandasinya, dan wujud
pendidikan sebagai sistem. Berikut ini akan dikaji pengertian pendidikan,
unsur-unsur pendidikan, dan sistem pendidikan.
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
1. Batasan tentang Pendidikan
Batasan tentang
pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda
yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep
dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang
melandasinya.
a. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya
Sebagai proses
transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya
dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami
proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu
nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa
tanggung jawab, dan lain-lain.
b. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi
Sebagai proses
pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis
dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses
pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka
yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah
dewasa atas usaha sendiri.
c.
Pendidikan sebagai proses
penyiapan warganegara
Pendidikan sebagai penyiapan
warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali
peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
d.
Pendidikan sebagai penyiapan
tenaga kerja
Pendidikan sebagai penyimpana
tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga
memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting
dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
2. Tujuan dan Proses Pendidikan
a.
Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran
tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan.
Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan
pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan
pendidikan.
b. Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan
kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada
pencapaian tujuan pendidikan, Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua
segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya , pengelolaan proses
pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, mikro. Adapun tujuan utama
pemgelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman
belajar yang optimal.
3. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)
PSH bertumpu pada keyakinan bahwa
pendidikan itu tidak identik dengan persekolahan, PSH merupakan sesuatu proses
berkesinambungan yang berlangsung sepanjang hidup. Ide tentang PSH yang hampir
tenggelam, yang dicetuskan 14 abad yang lalu, kemudian dibangkitkan kembali
oleh comenius 3 abad yang lalu (di abad 16). Selanjutnya PSH didefinisikan
sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan
pengalaman pendidikan. Pengorganisasian dan penstruktursn ini diperluas
mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai paling tua.
(Cropley:67)
Berikut ini merupakan alasan-alasan
mengapa PSH diperlukan:
a. Rasional;
b. Alasan keadilan;
c. Alasan ekonomi;
d. Alasan faktor sosial yang berhubungan dengan
perubahan peranan keluarga, remaja, dan emansipasi wanita dalam kaitannya
dengan perkembangan iptek;
e. Alasan perkembangan iptek;
f. Alasan sifat pekerjaan.
4. Kemandirian dalam belajar
a. Arti dan prinsip yang melandasi
Kemandirian dalam belajar
diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh
kamauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran.
Konsep kemandirian dalam belajar bertumpu pada perinsip bahwa individu yang
belajar akan sampai kepada perolehan hasil belajar.
b. Alasan yang menopang
Conny Semiawan, dan kawan-kawan
(Conny S. 1988; 14-16) mengemukakan alasan sebagai berikut:
Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat
sehingga tidak mungkin lagi para pendidik(khususnya guru) mengajarkan semua
konsep dan fakta kepada peserta didik.Ć
Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%,
sifatnya relatif.Ć
Dalam proses pendidikan dan pembelajaran
pengembangan konsep seyogyanya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan
penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik.
B. UNSUR-UNSUR
PENDIDIKAN
Proses pendidikan melibatkan
banyak hal yaitu:
1. Subjek yang dibimbing (peserta
didik).
2. Orang yang membimbing
(pendidik)
3. Interaksi antara peserta didik
dengan pendidik (interaksi edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan
ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam
bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam
bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa
bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
Penjelasan:
1. Peserta Didik
Peserta didik berstatus sebagai
subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena
peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui
keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu
dipahami oleh pendidik ialah:
a. Individu yang memiliki potensi
fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
b. Individu yang sedang berkembang.
c. Individu yang membutuhkan
bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
d. Individu yang memiliki kemampuan
untuk mandiri.
2. Orang yang membimbing (pendidik)
Yang dimaksud pendidik adalah orang
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta
didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkunga yaitu
lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat. Sebab itu
yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin
program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
Interaksi edukatif pada dasarnya
adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang
terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal
ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode,
serta alat-alat pendidikan.
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
a. Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai
segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan
pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat
efisiensi dan efektifitasnya.
b. Tempat Peristiwa Bimbingan
Berlangsung (lingkungan pendidikan)
Lingkungan pendidikan biasanya
disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
C. PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM
1. Pengertian Sistem
Beberapa definisi sitem menurut
para ahli:
a. Sistem adalah suatu kebulatan
keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan
hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang
kompleks atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10)
b. Sistem meruapakan himpunan
komponen yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu
tujuan. (Tatang Amirin, 1992:10)
c. Sistem merupakan sehimpunan
komponen atau subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai rencana
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Tatang Amirin, 1992:11)
2. Komponen dan Saling Hubungan
antara Komponen dalam Sistem Pendidikan.
Pendidikan sebagai sebuah sistem
terdiri dari sejumlah komponen. Komponen tersebut antara lain: raw input
(sistem baru), output (tamatan), instrumental input(guru, kurikulum),
environmental input (budaya, kependudukan, politik dan keamanan).
3.
Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sistem Lain dan Perubahan Kedudukan
dari Sistem
Sistem pendidikan dapat dilihat
dalam ruang lingkup makro. Sebagai subsistem, bidang ekonomi, pendidikan,dan
politik masing-masing-masing sebagai sistem. Pendidikan formal, nonformal, dan
informal merupakan subsistem dari bidang pendidikan sebagai sistem dan
seterusnya.
4. Pemecahan masalah pendidikan secara
sistematik.
a. Cara memandang sistem
Perubahan cara memandang suatu
status dari komponen menjadi sitem ataupunsebaliknya suatu sitem menjadi
komponen dari sitem yang lebih besar, tidak lain daripada perubahan cara
memandang ruang lingkup suatu sitem atau dengan kata lain ruang lingkup suatu
permasalahan.
b. Masalah berjenjang
Semua masalah tersebut satu sama
lain saling berkaitan dalam hubungan sebab akibat, alternatif masalah, dan
latar belakang masalah.
c. Analisis sitem pendidikan
Penggunaan analisis sistem dalam
pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dengan
cara yang efesien dan efektif. Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem
ialah: bahwa kita dipersyaratkan untuk berpikir secra sistmatik, artinya harus
memperhitungkan segenap komponen yang terlibat dalam maslah pendidikan yang
akan dipecahkan.
d. Saling hubungan antar komponen
Komponen-komponen yang baik menunjang
terbentuknya suatu sistem yang baik. Tetapi komponen yang baik saja belum
menjamin tercapainya tujuan sistem secara optimal, manakala komponen tersebut
tidak berhibungan secara fungsional dengan komponen lain.
e. Hubungan sitem dengan supra sistem
Dalam ruang lingkup besar terlihat
pula sistem yang satu saling berhubungan dengan sistem yang lain. Hal ini
wajar, oleh karena pada dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan satu aspek
dari kehidupan. Sedangkan segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga
semuanya memerlukan pembinaan dan pengembangan.
5. Keterkaitan antara pengajaran dan pendidikan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari
persoalan pengajaran dan pendidikan adalah:
a. Pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan,
tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Masing-masing saling mengisi.
b. Pembedaan dilakukan hanya untuk kepentingan
analisis agar masing-masing dapat dipahami lebih baik.
c. Pendidikan modern lebih cenderung
mengutamakan pendidikan, sebab pendidikan membentuk wadah, sedangkan pengajaran
mengusahakan isinya. Wadah harus menetap meskipun isi bervariasi dan berubah.
6. Pendidikan prajabatan (preservice education)
dan pendidikan dalam jabatan (inservice education) sebagai sebuah sistem.
Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan
bekal secara formal kepada calon pekerja dalam bidang tertentu dalam periode
waktu tertentu. Sedangkan pendidikan dalam jabatan bermaksud memberikan bekal
tambahan kepada oramg-orang yang telah bekerja berupa penataran, kursus-kursus,
dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan prajabatan hanya memberikan bekal
dasar, sedangkan bekal praktis yang siap pakai diberikan oleh pendidikan dalam
jabatan.
7. Pendidikan formal, non-formal, dan informal
sebagai sebuah sistem.
Pendidikan formal yang sering disebut
pendidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku,
misalnya SD,SMP,SMA/SMK/MAN, dan PT. Pendidikan nonformal lebih difokuskan pada
pemberian keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat. Pendidikan informal
adalah suatu fase pendidikan yang berada di samping pendidikan formal dan
nonformal.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan
formal, nonformal, dan informal ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit
dipisah-pisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya keluaran
pendidikan yang berupa sumberdaya manusia sangat bergantung kepada sejauh mana
ketiga sub-sistem tersebut berperanan.
Sumber Bacaan:
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. Pengantar
Pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta, 2005.