Kegiatan Belajar 1
KONDISI PENDIDIKAN DI INDONESIA
A.
KONDISI
PENDIDIKAN SEBELUM KEMERDEKAAN
1.
Zaman
Purba
Kebudayaan yang berkembang pada
penduduk asli disebut Paleolitis (kebudayaan lama/tua), sedangkan kebudayaan
moyang bangsa Indonesia disebut neolitis (kebudayaan baru) yang menganut
kepercayaan animisme dan dinamisme. Tata masyarakatnya bersifat egaliter, tidak
ada stratifikasi yang jelas. Masyarakatnya dipimpin oleh pemuka adat.
Tujuan pendidikan saat itu
adalah agar generasi muda dapat mencari nafkah, membela diri dan hidup
bermasyarakat. Belum ada pendidikan formal, maka kurikulum pendidikannya
meliputi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan mengenai agama.
2.
Zaman
Kerajaan Hindu-Budha
Stratifikasi sudah nampak jelas,
antara yang dijamin(raja dan pegawai-pegawainya) dan yang menjamin
(rakyat). Berkembanglah feodalisme di
dalam masyarakat dengan diketemukan tulisan tertua (tulisan huruf Palawa bahasa
sansekerta) oleh para ilmuwan sejarah di dekat Bogor dan Kutai.
Pada jaman kerajaan
Tarumanegara, Kutai telah berkembang pendidikan informal berbentuk Perguruan
dan Pesantren. Sebagai pendidik ( guru dan pendhita) adalah kaum Brahmana yang
kemudian guru menggantikan kedudukannya para Brahmana. Implikasi dari feodalisme
pendidikan bersifat aristokratis artinya masih terbatas hanya untuk minoritas
yaitu anak-anak kasta Brahmana dan Ksatria, belum menjangkau mayoritas dari
anak-anak kasta Waisya dan Syudra.
Tujuan pendidikan umumnya agar
menjadi penganut agama yang taat, mampu hidup bermasyarakat, mampu membela
diri, dan membela negara. Darmapala sangat terkenal sebagai guru Budha yang
dimungkinkan candi Borobudur, candi mendut merupakan pusat-pusat pendidikan
agama Budha yang menghasilkan karya sastra yang bermutu tinggi oleh para empu
(pujangga) seperti : Kitab Pararaton (Empu Kanwa), Negara Kertagama ( Empu
Sedah dan Empu Panuluh), Arjuna Wiwaha dan Barathayuda ( Empu Prapanca)
3.
Zaman
Kerajaan Islam
Pada abad 14 melalui saudagar
yang beragama Islam masuk dan menyebarkan agama Islam di pulau Jawa dengan jasa
wali songo, akhirnya berdirilah kerajaan Islam. Pada umumnya tujuan pendidikan
untuk menghasilakan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. Pendidikan
berlangsung dalam keluarga dan lambaga-lembaga pendidikan seperti langgar-langgar,
masjid, dan pesantren.
4.
Zaman
Pengaruh Portugis dan Spanyol
Bangsa Portugis dan bangsa
Spanyol datang untuk berdagang dan sebagai missionaris (penyebar agama
katholik). Mereka mendirikan sekolah yang kurikulumnya berisi pendidikan agama
katholik ditambah mata pelajaran membaca, menulis dan berhitung.
5.
Zaman
kolonial Belanda
Pada jaman kolonial Balanda
karakteristik kondisi sosial budaya yaitu:
a.
Berlangsung
penjajahan kolonialisme
b.
Monopoli
hasil pertanian
c.
Stratifikasi
sosial
Namun dengan semakin
sadarnya bangsa Indonesia akan makna nasional dan kemerdekaan lahirlah berbagai
pergerakan dalam jalur politik dan pendidikan. Kondisi pendidikan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah
kolonial belanda sesuai kepentingan penjajahan dan pendidikan yang dilaksanakan
oleh kaum pergerakan sebagai sarana perjuangan demi mencapai kemerdekaan.
Ciri-ciri pendidikan zaman itu adalah minimnya partisipasi bagi rakyat hanya
untuk bangsa belanda dan putera golongan priayi, pendidikan bertujuan untuk
menghasilkan tenaga kerja murah atau pegawai rendahan.
Pendidikan kaum
pergerakan sebagai sarana perjuangan kemerdekaan, antara lain :
a.
Tahun
1908bBudi utomo menjelaskan bahwa tujuan perkumpulan adalah untuk kemajuan yang
selaras buat negeri dan bangsa. Dalam bidang pendidikan mendirikan Sekolah
Sentral di Solo dan Yogyakarta yaitu Kweekschool.
b.
Tahun
1912 K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah
c.
Tahun
1915 didirikan Trikora Dharmo, dan selanjutnya berdiri berbagai perkumpulan
pemuda hingga terwujudnya sumpah pemuda 1928.
d.
Tahun
1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Tamansiswa.
e.
Tahun
1926 Muhamad Safei mendirikan INS (Indonesisch Nederland School)
f.
Dll.
Dari sini pergerakan
nasional melahirkan kesadaran mengenai pentingnya peranan pendidikan nasional
dalam mempersiapkan kelahiran negara nasional. Ciri pendidikan nasional :
a.
Bersifat
nasionalistik dan sangat anti kolonialis
b.
Berdiri
sendiri atau percaya kepada kemampuan sendiri
c.
Pengakuan
kepada eksistensi perguruan swasta sebagai perwujudan harga diri yang tinggi
dan kebhinekaan masyarakat Indonesia.
6.
Zaman
Kedudukan Jepang
Bangsa Indonesia berada pada
kekuasaan pendudukan militerisme, implikasinya dalam bidang pendidikan di
Indonesia sebagai berikut :
a.
Tujuan
dan isi pendidikan diarahkan demi kepentingan perang Asia Timur Raya
b.
Hilangnya
sistem dualisme dalam pendidikan. Terdapat jenjang sekolah : Sekolah Rakyat,
Sekolah Menengah, Sekolah Menengah Tinggi, dan Perguruan Tinggi.
c.
Sistem
pendidikan menjadi lebih merakyat.
B.
KONDISI
PENDIDIKAN PERIODE 1945 – 1969
1.
Zaman
Revolusi Fisik Kemerdekaan
Jenjang pendidikan disempurnakan
menjadi SMTP dan SMTA dan mulai mempersiapkan sistem pendidikan nasional sesuai
dengan amanat UUD 1945. Menteri pendidikan, pengajaran dan kebudayaan
mengintruksikan agar membuang sistem pendidikan kolonial dan mengutamakan
patriotisme. Rancangan UU yang dihasilkan : UURI no. 4 tahun 1950 tentang
dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah.
2.
Peletakan
Dasar Pendidikan Nasional
Muali tanggal 18 Agustus 1945,
sejak PPKI menetapkan UUD 1945 sebagai konstitusi negara yang didalamnya memuat
pancasila, implikasinya bahwa sejak saat itu dasar sistem pendidikan nasional
kita adalah Pancasila dan UUD 1945.
3.
Demokrasi
Pendidikan
Sesuai amanat UUD 1945 dan UURI
No. 4 tahun 1950 pemerintah mengusahakan terselenggaranya pendidikan yang
bersifat demokratis yaitu kewajiban belajar sekolah bagi anak-anak yang berumur
8 tahun.
4.
Lahirnya
LPTK pada Tingkat Universiter
Dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan mendorong Prof. Moh. Yamin mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan
Guru (PTPG). Atas dasar konferensi antar FKIP negeri seluruh Indonesia maka
lembaga pendidikan tenaga guru ( PGSLP, Kursus BI, BII, dan PTPG)
diintegrasikan dalam FKIP pada Universitas. Kemudian didirkan IKIP yang berdiri
sendiri sebagai pindahan dari PTPG sesuai dengan UU PT No. 22 tahun 1961.
5.
Lahirnya
Perguruan Tinggi
Pada tanggal 4 Desember 1961
lahir UU no. 22 tentang perguruan tinggi dengan prinsip Tridharma Perguruan
Tinggi.
C.
KONDISI
PENDIDIKAN PADA PJP I : 1969 – 1993
Selama kurun waktu pelita I-V,
pendidikan Indonesia mengalami banyak bahan dan kemajuan, semakin mantapnya
sistem pendidikan nasional dengan disahkannya Undang-undang nomor 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta sejumlah Peraturan Pemerintah yang
menyertainya.
1.
UU
tentang Sistem Pendidikan Nasional
Sebagai penjabaran Undang-undang
nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional disahkan 8 Peraturan
Pemerintah (PP) yaitu :
a.
PP No.
27/1990 tentang Pendidikan Prasekolah
b.
PP No.
28/1990 tentang Pendidikan Dasar
c.
PP No.
29/1990 tentang Pendidikan Menengah
d.
PP No.
30/1990 tentang Pendidikan Tinggi (kemudian diganti PP No. 60/1999)
e.
PP No.
72/1991 tentang Pendidika Luar Biasa
f.
PP No.
73/1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah
g.
PP No.
38/1992 tentang Tenaga Kependidikan
h.
PP No.
39/1992 tentang Peran serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional.
2.
Taman
Kanak-Kanak
Pendidikan di TK mengalami
perkembangan yang cukup mengesankan, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
khususnya orang tua semakin menyadari akan pentingnya pendidikan prasekolah
sebagai wahana untuk menyiapkan anak dari segi sikap, pengetahuan, ketrampilan
guna memasuki SD.
3.
Pendidikan
Dasar
Prestasi yang sangat mengesankan
yang dicapai selama PJOP I ialah melonjaknya jumlah peserta didik pada SD dan
MI. Kendala yang dihadapi adalah banyaknya siswa putus sekolah dan angka
tinggal kelas cukup tinggi. Untuk meninhkatkan mutu sumber daya manusia
Indonesia hingga minimal berpendidikan SLTP maka pada tanggal 2 Mei 1994 program
wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dicanangkan.
4.
Pendidikan
Menengah
Persoalan yang menonjol pada
SLTA umum selama pelita V adalah tentang mutu kelulusan yang terutama diukur
dari kesiapannya untuk memasuki jenjang perguruan tinggi. NEM dan UMPTN
menunjukkan keragaman dalam mutu SLTA antara sekolah dab lokasi geografis yang
berbeda-beda. Maka pada Repelita VI
upaya memperbanyak jumlah SLTA Umum yang bermutu menjadi prioritas
melalui pengembangan SMU Plus yang dilakukan melalui pengerahan peran serta
masyarakat.
5.
Pendidikan
Tinggi
PTN dan PTS sama-sama menghadapi
tantangan mengenai rendahnya proporsi mahasiswa yang mempelajari bidang
teknologi dan MIPA yang menimbulkan dampak negatif pada dunia kerja. Mengingat
dosen memegang peranan kunci dalam peningkatan mutu maka peningkatan
kualifikasi dosen merupakan prioritas dalam pengembangan pendidikan tinggi di
Indonesia saat ini.
6.
Pendidikan
Luar Sekolah
Pembangunan pendidikan luar
sekolah diprioritaskan pada pemberantasan buta aksara melalui perluasan
jangkauan kejar paket A. Hasilnya adalah semakin menurunnya jumlah warga
masyarakat yang buta huruf.
7.
Tantangan,
Kendala, dan Peluang
Berdasarkan perkembangan
pendidikan pada PJP I, ada sejumlah tantangan yang dihadapi oleh pendidikan
Indonesia pada masa-masa selanjutnya , yaitu :
a.
Belum
mampunya pendidikan mengimbangi perubahan struktur ekonomi dari pertanian
tradisional ke industri dan jasa
b.
Masih
rendahnya relevansi pendidikan
c.
Masih
belum meratanya mutu pendidikan
d.
Masih
tingginya angka putus sekolah dan tinggal kelas
e.
Masih
banyaknya kelompok umur 10 tahun yang buta huruf
f.
Masih
kurangnya peran serta dunia usaha dan pendidikan
Kendala yang
dihadapi dalam meningkatkan kinerja pendidikan nasional, Yaitu:
a.
Kemiskinan
dan keterbelakangan
b.
Terbatasnya
guru yang bermutu
c.
Terbatasnya
sarana dan prasarana
d.
Manajemen
sistem pendidikan yang belum secara terarah menuju peningkatan mutu, relevansi,
dan efisiensi pendidikn.
Adapun peluang yang dimiliki oleh pendidikan
nasional ialah :
a.
Keberhasilan
wajib belajar 6 tahun yang memberi landasan bagi pelaksanaan wajar sembilan
tahun.
b.
Semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
c.
Semakin
luasnya sarana komunikasi
d.
Semakin
tersebarluasnya lembaga pendidikan negeri dan swasta
e.
Adanya UU
No. 2/1989 tentang sistem pendidikan nasional yang memberikan landasan yang
kokoh bagi pendidikan nasional.
Kegiatan
Belajar 2
Aliran
Pendidikan di Indonesia
A.
Muhammadiyah
Dirikan oleh Kiai Haji Ahmad
Dahlan, atas dasar kesadarannya bahwa pendidikan yang diberikan oleh pemerintah
kolonial Belanda tidak sesuai dengan kebutuhan rakyat. Tujuan Muhammadiyah
adalah memperluas dan mempertinggi pendidikan agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Pendidikan Muhammadiyah derasaskan
Islam dan berpedoman Al Qur’an dan Hadits. Adapun dasar-dasar pendidikannya
adalah :
1.
Kemasyarakatan
2.
Tajdid
(progressivitas) perubahan
3.
Aktivitas
4.
Kreatifitas
5.
Optimisme
Tujuan pendidikan Muhammadiyah adalah
membentuk manusia muslim berakhlak mulia, cakap, percaya diri sendiri dan
berguna bagi masyarakat.
B.
Taman
Siswa
Tamansiswa didirikan oleh Ki
Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Latar belakang
berdirinya Tamansiswa dapat dipahami melalui riwayat Ki Hajar Dewantara antara
lain bahwa bertentangan dengan kebiasaan para bangsawan masa itu, pada masa kanak-kanak
lebih suka dan banyak bergaul dengan rakyat jelata hingga mulai berjuang di
jalur pendidikan karena adanya diskriminatif mengenai hak dan pelaksanaan
pendidikan bagi bangsa Indonesia.
Tujuh asas pendidikan Tamansiswa
:
1.
Hak
seseorang akan mengatur dirinya sendiri dengan wajib mengingat tertibnya
kehidupan umum.
2.
Pengajaran
berarti memdidik untuk menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka
pikirannya, dan merdeka tenaganya.
3.
Pendidikan
hendaknya berasaskan kebudayaan kita sendiri sebagai petunjuk jalan, untuk
mencari penghidupan baru, yang selaras dengan kodrat kita dan akan memberi
kedamaian hidup kita.
4.
Pendidikan
harus diberikan kepada seluruh rakyat umum.
5.
Agar
bebas, merdeka lahir batin maka kta harus bekerja menurut kekuatannya sendiri
6.
Agar hidup
tetap dengan berdiri sendiri
7.
Dengan
tidak terikat lahir batin, serta kesucian hati, berminat kita berdekatan dengan
sang anak.
Sesudah proklamasi kemerdekaan
asas tersebut diubah menjadi Panca Dharma, yaitu :
1.
Kebebasan
atau kemerdekaan
2.
Kebudayaan
3.
Kodrat
alam
4.
Kebangsaan
5.
Kemanusiaan
Tujuan pendidikan ialah
kesempurnaan hidup lahir batin sebagai satu-satunya untuk mencapai hidup
selamat dan bahagia manusia, baik sebagai individual maupun sosial. Cara atau
metode pendidikannya adalah among methode atau among system, yaitu menyokong
kodrat alamnya anak yang kita didik, agar dapat mengembangkan hidupnya lahir
batin menurut kodratnya sendiri-sendiri.Pendidikan dengan sistem among memakai
cara pondok asrama karena dengan cara itu ketiga lingkungan pendidikan yang
bekerja bersama-sama ( keluarga, perguruan, dan perkumpulan pemuda). Persatuan
ketiga corak lingkungan tersebut penting sekali untuk sempurnanya pendidikan (
sistem tri pusat pendidikan ) dengan semboyan ing ngarso sung tulodho, ing
madyo mangun karso, tut wuri handayani.
Dalam usia 70 tahun tepatnya
tanggal 26 April 1959 Ki Hajar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta. Atas
jasa-jasanya di bidang pendidikan, Kepres No. 316 tanggal 16 Desember 1959
menetapkan hari lahir Ki Hajar Dewantara ( 2 Mei 1889) sebagai Hari Pendidikan
Nasional.
C.
Institut
Nasional Sjafei (INS) Kayutaman
Indonesisch Nederland school
didirikan oleh Mohammad Sjafei di Kayutaman, yang mengabdikan kepada manusia
untuk memajukan hidup di segala bidang. Menurut beliau bahwa faktor alam dan
lingkungan masyarakat mempengaruhi jiwa manusia bangsa masing-masing. Atas
dasar itu Moh. Sjafei berkeyakinan bahwa pendidikan dan pengajaran yang tepat
diberikan kepada bangsa Indonesia mesti diaktifkan.
Sebagai dikemukakan oleh Ag.
Soejono awal didirikan INS mempunyai dasar pendidikan sebagai berikut :
1.
Berpikir
secara logis dan rasional
2.
Keaktifan
atau kegiatan
3.
Pendidikan
kemasyarakatan
4.
Memperhatikan
bakat anak.
5.
Menentang
intelektualisme
Dasar pendidikan INS
dikembangkan oleh Moh. Sjafei menjadi dasar-dasar pendidikan Indonesia, yaitu
sebagai berikut :
1.
Ketuhanan
Yang Maha Esa
2.
Kemanusiaan
3.
Kesosialan
4.
Kerakyatan
5.
Kebangsaan
6.
Dll.
Tujuan pendidikan INS Kayutaman
sebagaimana dikemukakan Umar Tirtarahardja adalah :
1.
Mendidik
rakyat ke arah kemerdekaan
2.
Memberi
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3.
Mendidik
para pemuda agar berguna untuk masyarakat
4.
Menanamkan
kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab
5.
Mengusahakan
mandiri dalam pembiayaan.
Beberapa usaha yang dilakukan
ruang pendidikan INS Kayutaman yang dalam bidang kelembagaan antara lain
menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, seperti Ruang Rendah ( 7 tahun
setara SD), Ruang Dewasa (4 tahun, setara Sekolah menengah), dan sebagainya.