Masyarakat Indonesia dengan mayoritas umat Islam belum menampilkan diri sebagai masyarakat yang berkemajuan tinggi, baik kemajuan mental-spiritual maupun fisik-jasmaniah.
Usaha-usaha dakwah selama ini telah dilakukan sepanjang kemampuan, namun proses clan hasilnya tentu harus terus dimaksimalkan sehingga mencapai kondisi kehidupan umat dan bangsa yang berkemajuan di segala bidang kehidupan.
Karenanya diperlukan usaha terus-menerus dalam mencerahkan kehidupan umat Islam pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya sehingga tercapai Indonesia berkemajuan yang bersifat utuh dan menyeluruh. Dalam konteks inilah maka semakin penting dan strategic peranan gerakan-gerakan Islam dalam mencerahkan kehidupan umat dan bangsa menuju kondisi berkemajuan. Tampilkanlah Islam sebagai agama yang mencerahkan kehidupan semesta.
Islam yang Mencerahkan
Islam sesungguhnya agama yang mencerahkan (din at-tanwir). Kehadiran Islam membawa misi penting untuk mengeluarkan umat manusia dari segala bentuk kegelapan (kejahiliyahan) menuju pada keadaan terang-benderang, takhrij min al-dhulumat ila al-nur (Qs. Al-Baqarah-. 257). Pesan pesan Islam seperti perintah iqra (Qs. Iqra: 1-5), AI-Quran sebagai hidayah-bayan-furqan (Qs. Al-Bacarah: 189), agar setiap umat mengubah nasib dirinya dan memperhatikan masa depan (Qs. Ar-ra’du: 11; AI-Hasyr: 18), membebaskan kaum dhu’afa-mustadh’afin (Qs. Al-Ma’un: 1-7: AI-Balad: , dst), menjadi khalifah di muka bumi untuk membangun dan tidak untuk merusak (Qs. Al-Baqarah: 30; Hud: 61; Al-Baqarah: 11; dst.); merupakan bukti dari ajaran yang menawarkan pencerahan bagi umat manusia semesta.
Pesan Islam yang mencerahkan capat ditemukan dalam pesan terakhir Nabi pada Khutbat al-Wada atau Khutbah Pamungkas, yang artinya berikut ini:
Peradaban Mencerahkan
Islam sebagai agama yang mencerahkan kehidupan memiliki rujukan model uswah hasanah pada pada zaman Nabi lima betas abad yang lampau dan era pencerahan Islam sesudahnya. Risalah Nabi Muhammad bersama kaum Muslimun selama 23 tahun telah membawa pencerahan dari bangsa Arab yang terstruktur dalam sistem jahiliyah menjadi bangsa yang tercerahkan sehingga IahirAI-Madinah Al-Munawwarah, yakni kota peradaban yang cerah dan mencerahkan.
Nabi berhasil mengubah Yasrib sebagai kawasan pedesaan menjadi kota yang berperadaban utama di segala bidang kehidupan. Bangsa Arab yang bertuhan politheis diubah menjadi masyarakat bertauhid. Bangsa yang semula merendahkan men iadi menjunjung tinggi martabat perempuan. Bangsa yang amoral menjadi berakhlaq mulia. Fath al-Makkah menjadi simbol dari lahirnya peradaban umat manusia yang tercerahkan itu. Dari titik peradaban “al-munawwarah” itulah kemudian Islam meluas ke seluruh kawasan dunia. yang melahirkan era kejayaan !slam sebagai puncak peradaban yang utama selama lima sampai enam abad lamanya, tatkala dunia Barat kala itu masih teridur lelap di era kegelapan.
Pada era kejayaan Islam itu umat Islam unggul dalam moral dan keadaban, sekaligus dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, ekonomi, dan kebudayaan. Para ilmuwan Islam lahir sebagai sosok-sosok pencerah peradaban sebutlah Al-Farabi, Ibn Maskaweih, Al-Khawarizmi, AI-Kindi, AI-Ghazali, Ibn Khalclun, Ibn Sina, Ibn Rusyd, Ibn Bathutah, dan ilmuwan-ilmuwan kelas dunia lainnya. Universitas AlAzhar di Cairo Mesir tampil sebagai perguruan tinggi tertua di dunia, yang berdiri tahun 920 M di era Dinasti Fatimiyah. Cordoba di Spanyol dan kota-kota lain seperti Bagdad di Iraq, Turki era Dinasti Othoman, dan lain-lain menjadi simbol kemajuan dunia Islam. Sejak itu peradaban Islam meluas ke jazirah Afrika, Eropa, Asia, termasuk ke Indonesia sebagai peradaban global dan kosmopolitan.
Islam sebagai agama yang mencerahkan menawarkan jalan perubahan dari kehidupan yang tertinggal atau terbelakang menuju pada kemajuan hidup dalam segala bidang kehidupan yang dijiwai nilai-nilai universal Islam. Agama yang mencerahkan ini dalam konteks keumatan menawarkan jalan transformasi (strategi perubahan yang progresif) menuju terwujudnya umat terbaik atau khaira ummat (Qs Ali Imran: 110). Khaira ummah memiliki watak sebagai ummatan wasatha dan syuhada ‘ala al-nas (Qs AI-Baqarah-. 143). Inilah idealisasi masyarakat yang diidam-idamkan dalam konstruksi teologi Islam yang mencerahkan.
Meminjam referensi AI-Farabi, umat terbaik adalah umat yang utama (al-mujtama’ al-fadhilah), yang membedakannya dari umat-umat yang lain. Sedangka dalam rujukan Muhammadiyah, khaira ummah adalah masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Ciri masyarakat Islam yang sebenar-benarnya menurut Muhammadiyah ialah masyarakat yang berketuhanan dan beragama, berpersaudaraan, berakhlak dan beradab, berhukum syar’i, berkesejahteraan, bermusyawarah, berihsan, berkemajuan, berkepemimpinan, dan berketertiban.
Karenanya, usaha-usaha dakwah yang dilakukan oleh gerakan-gerakan Islam untuk mewujudkan Islam dalam kehidupan yang bersifat kekinian haruslah membawa dan bersifat mencerahkan. Sejatinya, dengan sifatnya yang demokratis dan membawa perubahan menuju ke jalan Allah yang menyelamatkan kehidupan umat manusia di dunia dan akhirat, maka setiap gerakan dakwah Islam harus berwatak transformasi pencerahan. Sebaliknya, bukanlah gerakan dakwah kalau tidak menyinari atau tidak mencerahkan kehidupan, balk kehidupan para pemeluknya maupun umat manusia keseluruhannya. Di situlah fungsi gerakan Islam untuk menyebarluaskan dan mewujudkan Islam sebagai manifestasi risalah rahmatan lil-’alamin menuju terwujudnya peradaban yang mencerahkan di muka bumi sepanjang zaman.•
Penulis:
Dr. H. Haedar Nashir, M.Si
(Ketua PP Muhammadiyah)
Dr. H. Haedar Nashir, M.Si
(Ketua PP Muhammadiyah)