Pendahuluan
Banyak orang menyamakan antara media pembelajaran, media pendidikan,
alat pelajaran, dan alat peraga pelajaran. Padahal
kalau kita kaji secara mendalam tentulah akan tampak perbedaannya. Cobalah
teliti mengenai pengertian pembelajaran,
pendidikan, pelajaran,dan peraga. Baiklah saya tidak akan membahas masing-masing pengertian tersebut pada
kesempatan kali ini, karena tema bahasan saya kali ini adalah media pembelajaran, maka pembahasan akan saya fokuskan pada segala hal yang menyangkut media pembelajaran.
Pengertian
Media Pembelajaran
Kata Media
Pembelajaran terdiri dari kata media dan pembelajaran. Katamedia berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata mediumyang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat
serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi
(Sadiman,2002:6). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003) mengartikanmedia sebagai
1) alat, 2) alat atau sarana komunikasi, 3) sesuatu yang terletak diantara dua
pihak, 4) perantara atau penghubung.
Menurut Association of Education and
Communication Technology (AECT) yang dikutip oleh Rohani (1997 : 2), “media
adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan dan
informasi”. Dalam hubungannya dengan pembelajaran, Djamarah (1995 : 136)
menyatakan bahwa “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai
penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran”. Selanjutnya
Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) menegaskan bahwa “media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa
sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”. Sedangkan menurut Gerlach
& Ely (dalam Arsyad, 2002), bahwa jika dipahami secara garis besar media
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Pengertian ini
sejalan dengan batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang menyatakan
bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang untuk belajar.
Dari seluruh pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengertian mediaadalah segala sesuatu yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan atau
informasi antara dua pihak agar tercapai suatu tujuan secara lebih jelas.
Selanjutnya kata pembelajaran diartikan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003) sebagai proses atau cara atau
perbuatan menjadikan orang belajar. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Gagne dan Briggs (1979:3) menyatakan
bahwa pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar
siswa yang bersifat internal. Dengan demikianpembelajaran dapat diartikan sebagai keseluruhan proses interaksi yang dilakukan
secara terencana. tersusun dan terarah dalam suatu lingkungan belajar dalam
upaya belajar untuk mengerti dan memahami sesuatu.
Dari uraian yang telah dikemukakan tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi antara
dua pihak sebagai proses interaksi belajar yang terencana. tersusun dan terarah
untuk mengerti dan memahami sesuatu agar menjadi lebih jelas.
Posisi Media
pembelajaran
Bruner (1966) mengungkapkan ada tiga tingkatan
utama modus belajar :enactive (pengalaman langsung), iconic (pengalaman piktorial atau gambar), dan symbolic (pengalaman
abstrak). Sebagai ilustrasi misalnya, belajar untuk memahami apa dan bagaimana
mencangkok. Dalam tingkatan pengalaman langsung, peserta didik belajar secara
langsung mengerjakan atau membuat cangkokan. Pada tingkatan kedua, iconic,
pemahaman tentang mencangkok dipelajari melalui gambar, foto, film atau rekaman
video. Selanjutnya pada tingkatan pengalaman abstrak, peserta didik memahaminya
lewat membaca atau mendengar dan mencocokkannya dengan pengalaman melihat orang
mencangkok atau dengan pengalamannya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam proses
belajar mengajar sebaiknya diusahakan agar terjadi variasi aktivitas yang
melibatkan semua alat indera peserta didik. Semakin banyak alat indera yang
terlibat untuk menerima dan mengolah pesan dan informasi (isi pelajaran), semakin
besar kemungkinan isi pelajaran tersebut dapat dimengerti dan dipertahankan
dalam ingatan peserta didik. Hal ini berarti pendidik harus berupaya
menampilkan stimulus atau perantara yang menjembatani antara penerima pesan
(peserta didik) dan sumber pesan (pendidik) agar terjadi komunikasi yang
efektif yang dapat diproses dengan berbagai indera peserta didik. Stimulus
tersebut adalah media
pembelajaran. Dalam kondisi ini, media yang digunakan
memiliki posisi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai alat
bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat memberikan pengalaman kongkret,
motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan reterennsi belajar siswa. Bahkan
dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, media pembelajaran memiliki
posisi sentral dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media pembelajaranmemainkan peran penting untuk mewujudkan kegiatan belajar menjadi lebih
efektif dan efisien, sesuatu yang mungkin tidak mampu dilakukan oleh guru (atau
guru melakukannya kurang efisien) tetapi dapat dilakukan dengan media pembelajaran. Dengan kehadiran media
pembelajaran maka posisi guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi
sebagai fasilitator. Bahkan pada saat ini media pembelajaran telah
diyakini memiliki posisi sebagai sumber belajar yang menyangkut keseluruhan
lingkungan di sekitar peserta didik.
Manfaat
Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran menurut
Sadiman (2002:16) adalah :
1) Memperjelas penyajian pesan
agar tidak terlalu verbalistis (tahu kata – katanya, tetapi tidak tahu
maksudnya)
2) Mengatasi keterbatasan ruang,
waktu dan daya indera.
3) Dengan menggunakan media
pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa.
4) Dapat menimbulkan persepsi
yang sama terhadap suatu masalah.
Selanjutnya menurut Purnamawati dan Eldarni
(2001 : 4) yaitu :
1) Membuat konkrit konsep yang
abstrak, misalnya untuk menjelaskan peredaran darah.
2) Membawa obyek yang berbahaya
atau sukar didapat di dalam lingkungan belajar.
3) Manampilkan obyek yang
terlalu besar, misalnya pasar, candi.
4) Menampilkan obyek yang tidak
dapat diamati dengan mata telanjang.
5) Memperlihatkan gerakan yang
terlalu cepat.
6) Memungkinkan siswa dapat
berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
7) Membangkitkan motivasi
belajar
8) Memberi kesan perhatian
individu untuk seluruh anggota kelompok belajar.
9) Menyajikan informasi belajar secara
konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
10) Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan
ruang)
11) Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa
Berdasarkan manfaat tersebut, nampak jelas
bahwa media pembelajaranmempunyai andil yang besar terhadap kesuksesan proses belajar mengajar.
Fungsi Media
Pembelajaran
Efektivitas proses belajar mengajar
(pembelajaran) sangat dipengaruhi oleh faktor metode dan media pembelajaran yang
digunakan. Keduanya saling berkaitan, dimana pemilihan metode tertentu akan
berpengaruh terhadap jenis media yang akan digunakan. Pemanfaatan media dalam
pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara
psikologis kepada siswa (Hamalik, 1986).
Fungsi media, khususnya media visual juga
dikemukakan oleh Levie dan Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad (2002) bahwa
media tersebut memiliki empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif,
fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual
dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran. Fungsi afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat
“kenikmatan” siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal ini
gambar atau simbol visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Berdasarkan
temuan-temuan penelitian diungkapkan bahwa fungsi kognitif media visual melalui
gambar atau lambang visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran
untuk memahami dan mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau
lambang visual tersebut. Fungsi kompensatoris media pembelajaranadalah memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam
mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain
bahwa media
pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam
menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks
(disampaikan secara verbal).
Sudjana dan Rivai (1992) mengemukakan beberapa
manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (i) dapat menumbuhkan motivasi
belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka; (ii) makna
bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami siswa dan
memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran; (iii)
metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan atas
komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (iv) siswa lebih banyak melakukan
aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi juga
mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.
Klasifikasi
Media Pembelajaran
Rudy Bretz mengklasifikasikan media
berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan
simbol), dan gerak. Di samping itu juga, Bretz membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam(recording). Dengan demikian,
media menurut klasifikasi Bretz dikelompokkan menjasi 8 kategori: 1) media
audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi gerak, 4)
media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak, 7) media audio,
dan 8) media cetak.
C.J Duncan membuat klasifikasi media
berdasarkan suatu hirarki. Dari hirarki yang digambarkan oleh Duncan dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat hirarki suatu media,
semakin rendah satuan biayanya dan semakin khusus sifat penggunaannya. Namun
demikian, kemudahan dan keluwesan penggunaannya semakin bertambah. Begitu juga
sebaliknya, jika suatu media berada pada hirarki paling rendah.
Schramm (dalam Sadiman, dkk., 1986) melakukan
klasifikasi media berdasarkan tingkat kerumitan dan besarnya biaya. Dalam hal
ini, menurut Schramm ada dua kelompok media yaitu big media (rumit
dan mahal) dan little media(sederhana dan murah). Lebih jauh lagi ahli ini menyebutkan ada media
massal, media kelompok, dan media individu, yang didasarkan atas daya liput
media.
Gagne mengelompokkan media berdasarkan
tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya. Menurutnya, ada 7 macam
kelompok media seperti: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media
cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar.
Briggs mengklasifikasikan media menjadi 13
jenis berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media dengan
karakteristik siswa. Ketiga belas jenis media tersebut adalah: objek/benda
nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran
terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film (16 mm), film
rangkai, televisi, dan gambar (grafis).
Jerold Kemp dan Diane K. Dayton (dalam
Pribadi,2004:1.5) mengemukakan klasifikasi jenis media yaitu : a) media cetak,
b) media yang dipamerkan(displayed media), c) overhead
transparancy, d) rekaman suara,
e) slidesuara dan film strip, f) presentasi multi gambar, g) video dan film, h) pembelajaran berbasis
komputer (computer based learning)
Berdasarkan uraian Bretz, Duncan, Briggs,
Gagne, Edling, Schramm, dan Kemp, secara garis besar media pembelajaran dapat
diklasifikasikan atas: media grafis, media audio, media proyeksi diam (hanya
menonjolkan visual saja dan disertai rekaman audio), dan media
permainan-simulasi. Kelompok Media grafis berisi
penyampaian pesan lewat simbul-simbul visual dan melibatkan rangsangan indera
penglihatan. Karakteristik yang dimiliki adalah: bersifat kongkret, dapat
mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang
masalah apa saja dan pada tingkat usia berapa saja, murah harganya dan mudah
mendapatkan serta menggunakannya, terkadang memiliki ciri abstrak (pada jenis
media diagram), merupakan ringkasan visual suatu proses, terkadang menggunakan
simbul-simbul verbal (pada jenis media grafik), dan mengandung pesan yang
bersifat interpretatif. Kelompok Media audio berisi pesan yang disampaikan atau dituangkan kedalam simbul-simbul
auditif (verbal dan/atau non-verbal), yang melibatkan rangsangan indera
pendengaran. Secara umum media audio memiliki karakteristik atau ciri sebagai
berikut: mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (mudah dipindahkan dan
jangkauannya luas), pesan/program dapat direkam dan diputar kembali sesukanya,
dapat mengembangkan daya imajinasi dan merangsang partisipasi aktif
pendengarnya, dapat mengatasi masalah kekurangan guru, sifat komunikasinya
hanya satu arah, sangat sesuai untuk pengajaran musik dan bahasa, dan
pesan/informasi atau program terikat dengan jadwal siaran (pada jenis media
radio). KelompokMedia proyeksi diam berupa media yang memerlukan alat bantu (misal proyektor) dalam
penyajiannya. Ada kalanya media ini hanya disajikan dengan penampilan visual
saja, atau disertai rekaman audio. Karakteristik umum media ini adalah: pesan
yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara serentak, penyajiannya
berada dalam kontrol guru, cara penyimpanannya mudah (praktis), dapat mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan indera, menyajikan obyek -obyek secara diam
(pada media dengan penampilan visual saja), terkadang dalam penyajiannya
memerlukan ruangan gelap, lebih mahal dari kelompok media grafis, sesuai untuk
mengajarkan keterampilan tertentu, sesuai untuk belajar secara berkelompok atau
individual, praktis dipergunakan untuk semua ukuran ruangan kelas, mampu
menyajikan teori dan praktek secara terpadu, menggunakan teknik-teknik warna,
animasi, gerak lambat untuk menampilkan obyek/kejadian tertentu (terutama pada
jenis media film), dan media film lebih realistik, dapat diulang-ulang,
dihentikan, dsb., sesuai dengan kebutuhan. Kelompok Media permainan dan simulasi mempunyai
ciri atau karakteristik sebagai berikut : melibatkan peserta didik secara aktif
dalam proses belajar, peran pengajar tidak begitu kelihatan tetapi yang
menonjol adalah aktivitas interaksi antar peserta didik, dapat memberikan umpan
balik langsung, memungkinkan penerapan konsep-konsep atau peran-peran ke dalam
situasi nyata di masyarakat, memiliki sifat luwes karena dapat dipakai untuk
berbagai tujuan pembelajaran dengan mengubah alat dan persoalannya sedikit
saja, mampu meningkatkan kemampuan komunikatif peserta didik, mampu mengatasi
keterbatasan peserta didik yang sulit belajar dengan metode tradisional, dan
dalam penyajiannya mudah dibuat serta diperbanyak.
Arsyad (2002) mengklasifikasikan media
berdasarkan perkembangan teknologi menjadi empat kelompok: 1) media hasil
teknologi cetak, 2) media hasil teknologi audio-visual, 3) media hasil
teknologi berbasis komputer, dan 4) media hasil gabungan teknologi cetak dan
komputer.
Seels dan Glasgow (dalam Arsyad, 2002) membagi
media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi
mutakhir. Pilihan media tradisional berupa media visual diam tak diproyeksikan
dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang
diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realia. Sedangkan pilihan
media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi (misal
teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer dan
hypermedia).
Dari beberapa pengelompokkan media yang
dikemukakan di atas, tampaknya bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu
kesepakatan tentang klasifikasi (sistem taksonomi) media yang baku. Dengan kata
lain, belum ada taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya,
terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran). Oleh karena itu kita
dapat memilih dan mengembangkannya sendiri sesuai dengan apa yang menjadi dasar
utama pemikiran kita.
Pemilihan
Jenis Media Pembelajaran
Setiap media pembelajaran memiliki
keunggulan masing-masing, maka dari itulah guru diharapkan dapat memilih media
yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan pembelajaran dan kondisi
masing-masing. Dengan harapan bahwa penggunaan media akan mempercepat dan
mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pemilihanmedia pembelajaran, yaitu :
1) Harus adanya kejelasan
tentang maksud dan tujuan pemilihan media pembelajaran, yaitu apakah untuk
pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja
mengisi waktu kosong. Lebih khusus lagi, apakah untuk pembelajaran kelompok
atau individu, apakah sasarannya siswa TK, SD, SLTP, SMU, atau siswa pada
Sekolah Dasar Luar Biasa, masyarakat pedesaan ataukah masyarakat perkotaan.
Dapat pula tujuan tersebut akan menyangkut perbedaan warna, gerak atau suara.
Misalnya proses kimia (farmasi), atau pembelajaran pembedahan (kedokteran).
2) Karakteristik Media
Pembelajaran.
3) Alternatif Pilihan, yaitu
adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau dikompetisikan. Dengan
demikian guru bisa menentukan pilihan media pembelajaran mana yang akan
dipilih, jika terdapat beberapa media yang dapat dibandingkan.
Selain itu Harjanto (1997 : 238) menyatakan
beberapa prinsip dalam pemilihanmedia pembelajaran yaitu:
Tujuan, Keterpaduan (validitas), Keadaan peserta didik, Ketersediaan, Mutu
teknis, Biaya. Selanjutnya yang perlu kita ingat bersama bahwa tidak ada satu
mediapun yang sifatnya bisa menjelaskan semua permasalahan atau materi
pembelajaran secara tuntas. Jadi kita perlu membuat beberapa variasi media pembelajaran.
Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad,2002:11)
ciri media pendidikan yang layak digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut :
1. Fiksatif (fixative property)
Media pembelajaran
mempunyai kemampuan untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi
suatu peristiwa/objek.
2. Manipulatif (manipulatif
property)
Kejadian yang
memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau
tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
3. Distributif (distributive
property)
Memungkinkan
berbagai objek ditransportasikan melalui suatu tampilan yang terintegrasi dan
secara bersamaan objek dapat menggambarkan kondisi yang sama pada siswa dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu.
Karakteristik
Media Pembelajaran
Setiap media pembelajaran memiliki
karakteristik tertentu, yang dikaitkan atau dilihat dari berbagai segi.
Misalnya, Schramm melihat karakteristik media dari segi ekonomisnya, lingkup
sasaran yang dapat diliput, dan kemudahan kontrolnya oleh pemakai (Sadiman,
dkk., 1990). Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuannya
membangkitkan rangsangan seluruh alat indera. Dalam hal ini, pengetahuan
mengenai karakteristik media
pembelajaran sangat penting artinya untuk pengelompokan dan pemilihan media. Kemp,
1975, (dalam Sadiman, dkk., 1990) juga mengemukakan bahwa karakteristik media
merupakan dasar pemilihan media yang disesuaikan dengan situasi belajar
tertentu. Jerold Kemp (1986) dalam Pribadi (2004:1.4) mengemukakan beberapa
faktor yang merupakan karakteristik dari media, antara lain: a) kemampuan dalam
menyajikan gambar (presentation), b) faktor ukuran (size); besar atau kecil, c) faktor warna (color):
hitam putih atau berwarna, d) faktor gerak: diam atau bergerak, e) faktor
bahasa: tertulis atau lisan, f) faktor keterkaitan antara gambar dan suara:
gambar saja, suara saja, atau gabungan antara gambar dan
suara. Gerlach dan Ely mengemukakan tiga karakteristik media berdasarkan
petunjuk penggunaan media
pembelajaranuntuk mengantisipasi kondisi pembelajaran
dimana guru tidak mampu atau kurang efektif dapat melakukannya. Ketiga
karakteristik atau ciri media
pembelajaran tersebut (Arsyad, 2002) adalah: a) ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek; b) ciri manipulatif, yaitu kamampuan media untuk mentransformasi suatu obyek, kejadian
atau proses dalam mengatasi masalah ruang dan waktu. Sebagai contoh, misalnya
proses larva menjadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu dapat disajikan
dengan waktu yang lebih singkat (atau dipercepat dengan teknik time-lapse recording). Atau sebaliknya, suatu kejadian/peristiwa dapat diperlambat
penayangannya agar diperoleh urut-urutan yang jelas dari kejadian/peristiwa
tersebut; c) ciri distributif, yang menggambarkan kemampuan media mentransportasikan obyek atau
kejadian melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian itu disajikan kepada
sejumlah besar siswa, di berbagai tempat, dengan stimulus pengalaman yang
relatif sama mengenai kejadian tersebut.
Pengembangan
Media Pembelajaran Berbasis Komputer
Berkembangnya teknologi komputer membawa
perubahan-perubahan besar dalam dunia pendidikan. Satu hal yang harus dihindari
yaitu anggapan bahwa kedudukan guru akan digantikan oleh alat elektronik.
Dengan keberadaan komunikasi elektronik, menambah pentingnya kehadiran guru.
Berubahnya fungsi guru dan peranan guru dikaitkan dengan upaya untuk memecahkan
salah satu masalah pendidikan yaitu, (1) dengan membebaskan guru kelas dari
kegiatan rutin yang banyak, (2) melengkapi guru dengan teknik-teknik
keterampilan kualitas yang paling tinggi, (3) pengembangan penyajian kelas
dengan tekanan pada pelayanan perorangan semaksimal mungkin dalam setiap mata
pelajaran, (4) mengembangkan pengajaran yang terpilih didasarkan pada kemampuan
individual siswa. Dari penjelasan diatas tentang peran baru guru dalam dunia
pendidikan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pendidikan, sehingga
penggunaan berbagai macam media pembelajaran akan menggantikan berberapa fungsi
instruksional dari guru (Sulaeman, 1988:24-25).
Pengembangan media pembelajaran didasarkan
pada 3 model pengembangan yaitu model prosedural, model konseptual, dan model
teoritik. Model prosedural merupakan model yang bersifat deskriptif, yaitu
menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk.
Model konseptual yaitu model yang bersifat analitis yang memerikan
komponen-komponen produk yang akan dikembangkan serta keterkaitan
antarkomponen. Sedangkan model teoritik adalah model yang menunjukkan hubungan
perubahan antar peristiwa.
Berdasarkan hal yang dikemukan diatas,
pengembangan media berbantuan komputer interaktif yang dikembangkan mengikuti
model prosedural dari TheASSURE, dimana langkah yang harus diikuti bersifat deskriptif yang terdiri
dari 6 langkah yaitu analisis karakteristik siswa, penetapan tujuan, pemilihan
media dan materi, pemanfaatan materi, pengikutsertaan siswa untuk aktif dalam
pembelajaran, evaluasi/revisi. Sedangkan model konseptual dari pengembangan
media berbantuan komputer ini mengikuti teori belajar behavior yang dikemukakan
oleh Gagne yaitu belajar yang dilakukan manusia dapat diatur dan diubah untuk
mengembangkan bentuk kelakuan tertentu pada seseorang, atau mempertinggi
kemampuan, atau mengubah kelakuannya (Nasution, 1988: 131), sehingga media
pembelajaran yang dikembangkan berdasar pada “ProgrammedInstruction”. Sehubungan dengan penggunaan “Programmed Instruction” sebagai konsep media yang dikembangkan, maka teori
belajar yang sesuai dengan karakter dari “Programmed Instruction” adalah teori belajar asosiasi, menyatakan bahwa hubungan antara
stimulus dan respon. Hubungan tersebut akan semakin kuat apabila sering
diulangi dan respon yang benar diberi pujian atau cara lain yang memberikan
rasa puas dan senang (Nasution, 1988: 132).
DAFTAR
RUJUKAN
Anderson, R. H. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media
Untuk Pembelajaran, Alih bahasa oleh: Yusufhadi
Miarso, dkk., edisi 1. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran, edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Bruner, J. S. 1966. Toward a Theory of Instruction. Cambridge: Harvad University.
Criticos, C. 1996. Media selection. Plomp, T
& Ely, D.P (Eds): International
Encyclopedia of Educational Technology, 2nd ed.
UK: Cambridge University Press. pp. 182 – 185.
Degeng, N. S. 2001. Media Pembelajaran. Dalam kumpulan makalah PEKERTI (Pengembangan Keterampilan Instruntur)
untuk Quatum Teaching. Karya tidak diterbitkan.
Gagne, R. M. 1985. The Condition of Learning and Theory
of Instruction, 4th ed.
New York: CBS College Publishing.
Gagne, R.M., Briggs, L.J & Wager, W.W.
1988. Principles of
Instruction Design, 3rd ed. New York: Saunders College Publishing.
Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan, cetakan ke-7. Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
Heinich, R., Molenda, M., & Russel, J.D.
1993. Instructional
Media and the New Technologies of Instruction, 4th ed.
New York: Macmillan Publishing Company.
Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A.,
& Rahadjito. 1990. Media
Pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, edisi 1. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
Sudjana, N. & Rivai, A. 1992. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit CV. Sinar Baru Badung.
Website dan Web Blog, 2010-12-18, berbagai
sumber.