Siapa yang bilang semut itu besar? Orang segoblok apapun pasti akan mengatakan kalau semut itu kecil. Tapi yang menarik di sini adalah bahwa semut yang kecil itu bisa menimbulkan masalah yang cukup besar. Setidaknya itulah yang terjadi pada orang-orang. Banyak dari mereka membenci semut, karena semut-semut tersebut menyerang makan siangnya. Ataupun juga mereka yang membenci semut karena merasa sangat terganggu dengan gigitan-gigitannya yang mematikan. Saya katakan mematikan karena dengan ukurannya yang kecil itu, semut dapat menyebabkan bengkak pada bekas luka gigitannya. Bisa dibayangkan jika semut tersebut sebesar tubuh kita?
Kali ini saya akan bercerita pengalaman tadi subuh. Pengalaman yang menyadarkan saya bahwa ternyata tidak selamanya gangguan (baca: gigitan) semut itu mengganggu, akan tetapi justru sangat bermanfaat. Setidaknya itulah yang saya alami subuh tadi. Berawal dari rasa kantuk yang datang tiba-tiba, membuat saya ingin segera untuk merebahkan diri di ranjang. Namun agaknya suatu pekerjaan yang mengasyikan memaksa saya untuk bertahan di depan layar komputer. Memang benar bahwa segala apapun yang berlebihan itu tidak baik, walaupun sesuatu itu jelas-jelas halal.
Nah, saat itu entah karena saking lelahnya, saya tertidur di depan layar komputer. Tiba-tiba saja saya tersentak bangun karena segerombolan (mungkin satu peleton) semut menggigiti lengan kiri saya. Aaaarrrgghhh… Saya begitu geramnya dengan mereka, disamping karena mereka adalah jenis semut yang paling aku benci (semut pemakan gorengan), mereka juga keluar tidak pada waktunya.
Biasanya semut-semut itu keluar mencari makanan di saat hari sudah agak siang, saat optimal bagi tubuh mereka untuk mencari makanan. Namun tidak pagi itu, di saat matahari belum terbit dan ditambah dinginnya hujan, mereka datang bergerombol dan menggigiti lenganku. Padahal aku merasa tidak ada minyak apapun di lengan kiri, tapi entah kenapa mereka “menyerbu” lengan saya ini, yang berakibat bentol-bentol besar seperti kena ulat bulu.
Dengan geram saya singkirkan mereka dengan tangan. Jika saja saya tak teringat akan larangan membunuh dengan api, mungkin dari dulu saya sudah hanguskan mereka beserta seluruh keluarga dan pasukannya. Namun saya selalu ingat bahwa salah satu binatang yang dilarang (haram) dibunuh (kecuali mereka mengganggu) adalah semut. Akhirnya denga sangat terpaksa menahan dongkol, menahan kantuk, serta menahan hawa dingin, saya hanya menyapu mereka dengan tangan ini.
Setelah beberapa saat, saya baru saja menyadari bahwa ternyata semut-semut itu telah menolong saya dari bangun kesiangan. Entahlah, saya hanya bisa berucap “subhanallah”. Mereka (semut-semut itu) entah kenapa seperti sengaja keluar di luar jam kerjanya, sengaja mempertaruhkan nyawa mereka untuk membangunkan aku agar aku bisa melaksanakan shalat subuh.
Subhanallah, maha suci Allah yang telah menciptakan makhluk mungil yang begitu dahsyat mengguncang hatiku. Bahwasanya mereka jauh lebih mulia ketimbang diri-diri manusia yang lalai. Mereka bekerja keras di waktu subuh di saat manusia-manusia lalai sedang asyik dengan dengkurannya. Mereka tak takut kehilangan nyawa mereka untuk mencari makanan agar ratu serta rakyatnya tak kelaparan, sekalipun menanggung resiko diinjak, dipukul, bahkan dibakar.
Aku baru menyadari bahwa seolah-olah ada yang menggerakkan mereka untuk menggigitku, membangunkanku agar ku bisa melaksanakan shalat subuh yang hampir habis waktunya. Merekalah pahlawan bagiku. Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan mereka, menggerakkan mereka, serta memberi kehidupan pada mereka.
Seringkali kita menganggap remeh sesuatu yang kecil di mata kita. Kita tidak menyadari bahwa mungkin karena merekalah kita bisa hidup. Karena mereka lah yang kecil dan lemah, Allah Azza Wa Jalla menunda siksaanNya, Karena mereka lah Allah tetap mengguyurkan hujan untuk kita…Maha suci engkau ya Allah. Sesungguhnya kami adalah makhlukMu yang paling berbuat dzalim.
Sumber : http://www.rismaka.net/