RINGKASAN MODUL 2 : LANDASAN
PENDIDIKAN
Kegiatan Belajar
1
LANDASAN YURIDIS DAN LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN
A. Landasan Pendidikan
Pendidikan
merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam membantu
individu atau kelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan landasan
pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.
Terdapat 4 jenis landasan pendidikan
, yaitu :
1. Landasan religius pendidikan,
yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atai agama.
2. Landasan filosofi pendidikan,
yaitu asumsi-asumsi yangbersumber dari filsafat.
3. Landasan ilmiah pendidikan,
yaitu asumsi-asumsi yang bersumber pada disiplin ilmu.
4. Landasan yuridis/hukum
pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari peraturan
perundang-undangan.
B. Landasan Yuridis Pendidikan
Landasan
yuridis
pendidikan adalah seperangkat asumsi yang bersumber dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebagai titik tolak dalam rangka pengelolaan,
penyelenggaraan, dan kegiatan pendidikan dalam suatu sistem pendidikan
nasional. Landasan yuridis pendidikan bersifat ideal dan normatif, artinya
merupakan suatu yang diharapkan dilaksanakan dan mengikat untuk dilaksanakan
oleh setiap penyelenggara, pengelola, dan pelaksana pendidikan di dalam sistem
pendidikan nasional.
Pancasila sebagai
landasan idiil pendidikan nasional sedangkan UUD RI 1945 sebagai landasan
konstitusional pendidikan nasional.
Fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuan
pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
C. Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan filosofis pendidikan merupakan seperangkat asumsi
pendidikan yang dideduksi dari asumsi-asumsi filsafat umum (metafisika,
epistemologi, dan aksiologi) yang bersifat preskriptif dari aliran filsafat
tertentu. Asas pancasila
mengajarkan bahwa eksistensi manusia bersifat mono-pluralis tetapi bersifat
integral. Asas mono-dualis
manusia adalah kesatuan badani-ruhani, sebagai individu sekaligus insan sosial.
Asas
mono-pluralisme mengakui keragaman manusia, baik
suku bangsa, budaya, dsb tetapi adalah satu kesatuan sebagai bangsa indonesia
/bhineka tunggal eka. Asas
internasionalisme eksistensi manusia sebagi pribadi, kelompok atau bangsa
lain. Asas nasionalisme manusia
terikat oleh ruang dan waktu maka ia mempunyai relasi dengan daerah, zaman, dan
sejarahnya yang diungkapkan dengan sikapnya mencintai tanah air, nusa dan
bangsa.
Epistemologi
(hakikat pengetahuan), bahwa segala pengetahuan pada hakikatnya bersumber dari
Tuhan YME yang telah menurunkan pengetahuan baik melalui utusan-Nya maupun
berbagai hal yang ada di alam semesta termasuk hukum-hukumnya. Alam
semesta bersifat fisik maupun
nonfisik nampak dalam pluralitas
fenomena alam semesta sebagai keseluruhan yang integral.
Dalam pembukaan
UUD 1945 terdapat keinginan luhur yaitu :
a. Negara indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.
b. Melindung segenap bangsa
indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia
c. Memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pengetahuan bersifat mutlak
berdasar keimanan terhadap Tuhan YME, sedang yang bersifat relatif harus diuji
kebenarannya atas dasar kontradisi tidaknya dengan kebenaran mutlak,
konsistensi logis ide-idenya, kesesuaiannya dengan data atau fakta empiris, dan
nilai kegunaannya bagi kesejahteraan hidup dan kehidupan manusia.
Di dalam peranan pendidik
dan peserta didik tersirat dan tersurat dengan semboyan :
a. Ing ngarso sung tulodho
b. Ing madyo mangun karso
c. Tut wuri handayani.
Kegiatan Belajar 2
LANDASAN ILMIAH PENDIDIKAN
A. Landasan Psikologis
Pendidikan
Landasan
Psikologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang berumber dari hasil studi disiplin
psikologi yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.
1. Perkembangan Individu dan
Implikasinya thd. Pendidikan.
Setiap individu mengalami
perkembangan (development) yaitu proses perubahan yang terus menerus
sejak terjadinya pembuahan (conception) hingga meninggal dunia. Perubahan dalam
perkembangan individu terjadi karena
kematangan dan belajar. Kematangan adalah perubahan-perubahan
pada diri individu sebagai hasil dari pertumbuhan fisik sebagai perubahan melalui
pengalaman. Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri
individu yang bersifat relatif permanen dan terjadi sebagai hasil dari
pengalaman. Kombinasi dari kematangan atau pertumbuhan biologis dan pengalaman
berperan sebagai penentu kesiapan belajar.
Robert Havighurst
membagi perkembangan menjadi 4 tahap yaitu balita,kanak-kanak, remaja dan
dewasa.
2. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Individu dan Implikasinya thd. Pendidikan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan individu dibedakan menjadi 3 kelompok teori
yaitu Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi.
a. Nativisme
Tokoh :
Schoupenhauer dan Arnold Gessel, berasumsi bahwa setiap individu dilahirkan ke
dunia dengan membawa faktor-faktor heredity (hereditas) dari orangtuanya
yang menjadi penentu perkembangan individu. Implikasinya, tidak adanya
kemungkinan bagi pendidik dalam upaya mengembangkan kepribadian peserta didik.
b. Empirisme
Tokoh : John
Locke dan J. B. Watson, berasumsi bahwa setiap anak dilahirkan ke dunia dalam
keadaan bersih ibarat papan tulis yang belum ditulisi. Implikasinya yaitu
memungkinkan sepenuhnya bagi pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta
didik.
c. Konvergensi
Tokoh : William
Stern dan Robert Havighurst, berasumsi bahwa perkembanga ditentukan oleh faktor
hereditas dan faktor lingkungan (pengalaman). Implikasinya memberikan
kemungkinan bagi pendidik untuk dapat membatu perkembangan peserta didik sesuai
yang diharapkan.
3. Teori Belajar dan
Implikasinya thd. Pendidikan
Secara umum teori
belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 yakni Behavorime, Kognitif, dan
Humanisme.
a. Behavorisme
Tokoh: B. F.
Skinner, berasumsi bahwa a) perubahan tingkah laku dapat diobservasi, b)
sebagai hasil belajar, c) komponennya adalah stimulus, respon, dan konsekuensi,
d) faktor penentu yang penting sebagai kondisi lingkungan dalam belajar adalah
reiforcement.
b. Kognitif
Tokoh : Jerome
Brunner. Dasar asumsi bahwa a) mempunyai kemampuan memproses informasi, b)
perkembangannya berlangsung secara bertahap, c) belajar adalah proses internal
yang komplek.
c. Humanisme
Tokoh : Carl
Rogers, teori ini berdasar pada asumsi bahwa :
·
Individu adalah pribadi yang utuh.
·
Individu mempunyai hasrat mengetahui.
·
Belajar adalah fungsi seluruh kepribadian
B. Landasan Sosiologis
Pendidikan
Landasan sosiologis pendidikan adalah
seperangkat asumsi yang berumber dari hasil studi disiplin sosiologi yang
dijadikan titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.
1. Individu dan Masyarakat serta
implikasinya thd. Pendidikan.
Masyarakat didefinisikan Ralph Linton
sebagai sekelompok masusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri dan mengaggap diri mereka satu kesatuan
sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Status adalah
kumpulan hak dan kewajiban dalam suatu kedudukan tertentu. Status dibedakan
menjadi 2 yakni : 1) ststus yg diperoleh sejak lahir (ascribed status)
dan 2) status yg diraih (achieved status).
2. Pendidikan dan Masyarakat
Pendidikan
sebagai pranata sosial didefinisikan sebagai suatu struktur sosial dan peranan
yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar anggota masyarakat.
C. Landasan Antropologis
Pendidikan
Landasan antropologi
pendidikan adalah seperangkat asumsi yang berumber dari hasil studi disiplin
antropologi yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.
Kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar ( Koentjaraningrat,
1985:180). Menurut George F. Kneller, berdasarkan sudut pandang antropologi,
pendidikan adalah enkulturasi (pembudayaan).
D. Landasan historis Pendidikan
Landasan historis pendidikan
adalah seperangkat konsep dan praktek pendidikan masa lampau sebagai titik
tolak sistem pendidikan masa kini yang terarah ke masa depan. Konsep atau semboyan, Ing ngarso sung
tulodho (pendidik harus memberikan atau menjadi teladan), Ing
madyo mangun karso (pendidik harus mampu membangun karsa pada
diri anak), Tut wuri handayani (memberi kebebasan atau kesempatan
kepada perserta didik untuk belajar mandiri), yang dicetuskan Ki Hajar
Dewantara sejak jaman pergerakan nasional sampai saat ini masih dianut dan
diaplikasikan dalam pendidikan kita.
E. Landasan Ekonomik Pendidikan
Ekonomika
merupakan studi tentang kemakmuran materiel manusia. Ditinjau dari sudut
pandang ekonome, pendidikan adalah human investment atau upaya penanaman modal
pada diri manusia ( Odang Muchtar,1976 ). Pendidikan diarahkan untuk
menghasilkan tenaga kerja yang produktif dalam menghasilkan barang dan jasas
yang dibutuhkan masyarakat.