Dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Fatimah (2008: 12) setiap individu dikatakan sebagai peserta didik apabila telah memasuki usia sekolah, antara lain:
- Usia 4-6 tahun (pendidikan di taman kanak-kanak).
- Usia 6/7-12/13 tahun (pendidikan di sekolah dasar).
- Usia 12/13-15/16 tahun (pendidikan di SMP).
- Usia 16-19 tahun (pendidikan di SLTA).
Menurut Piaget dalam Desmita (2009: 101) tahap perkembangan kognitif terdiri dari empat tahap yaitu:
- Tahap sensorik-motorik pada usia sejak lahir sampai usia 2 tahun,
- Tahap pra-operasional pada usia 2 sampai 7 tahun,
- Tahap konkret-operasional pada usia 7 sampai 11 tahun, dan
- Tahap operasional formal pada usia 11 tahun ke atas.
Menurut Desmita (2009: 36) anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun) dan ada beberapa karakteristik siswa usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) antara lain:
- Terjadi ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
- Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.
- Kecenderungan ambivalensi, serta keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orangtua.
- Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
- Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.
- Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
- Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.
- Kecenderungan minat dan pilihan karir relatif sudah lebih jelas.
Menurut Yusuf (2000: 26) masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khas yang dimiliki dan perannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. Masa ini dapat diperincikan lagi menjadi beberapa masa, yaitu sebagai berikut:
- Masa Praremaja (Remaja Awal). Masa praremaja biasa berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada remaja sehingga seringkali masa ini disebut masa negatif dengan gejala seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik, dan sebagainya. Secara garis besar sifat-sifat negatif tersebut dapat diringkas, yaitu a) negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental; dan b) negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dalam masyarakat (negatif pasif) maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negatif aktif).
- Masa Remaja (Remaja Madya). Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolong, teman yang dapat turut merasakan suka dan duka. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi, dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja (mendewa-dewakan), yaitu sebagai gejala remaja. Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita hidup itu dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses penemuan nilai-nilai kehidupan tersebut adalah pertama, karena tiadanya pedoman, remaja merindukan sesuatu yang dianggap bernilai, pantas dipuja walaupun sesuatu yang dipuja belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan seringkali remaja hanya mengetahui bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkan. Kedua, objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas, yaitu pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu. Pada anak laki-laki sering aktif meniru, sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan memuja dalam khayalan.
- Masa Remaja Akhir. Setelah dapat menentukan pendirian hidup, pada dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan masuklah individu ke dalam masa dewasa.
Dapat disimpulkan bahwa Siswa SMP berada pada tahap perkembangan pubertas yaitu pada umur 10-14 tahun. Pada tahap ini siswa cenderung mempunyai karakter ingin bebas dari bimbingan/pengawasan orang tua, emosi masih labil, pada laki-laki sering aktif meniru sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi dan memuja dalam khayalan, dan mulai mengembangkan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial, serta cenderung ambivalensi atau bisa dikatakan perasaan tidak sadar yang saling bertentangan terhadap situasi.
Referensi:
- Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
- Fatimah, Enung. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia.
- Republik Indonesia. 2003. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaga Negara RI Tahun 2003. Sekretariat Negara. Jakarta.
- Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.