Kita akan membahas kisah Nabi Luth AS pada zaman rasul,
Nabi Luth adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim. Ayahnya
yang bernama Hasan bin Tareh adalah saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Ia
beriman kepada bapa saudaranya Nabi Ibrahim mendampinginya dalam semua
perjalanan dan sewaktu mereka berada di Mesir berusaha bersama dalam bidang
perternakan yang berhasil dengan baik binatang ternaknya berkembang biak
sehingga dalam waktu yang singkat jumlah yang sudah berlipat ganda itu tidak
dapat ditampung dalam tempat yang disediakan . Akhirnya perkongsian
Ibrahim-Luth dipecah dan binatang ternakan serta harta milik perusahaan mereka
di bahagi dan berpisahlah Luth dengan Ibrahim pindah ke Yordania dan bermukim
di sebuah tempat bernama Sadum.
Nabi Luth Diutuskan Oleh Allah Kepada Rakyat Sadum
Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat
moralnya,rosak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan
yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran bermaharajalela dalam pergaulan hidup
mereka. Pencurian dan perampasan harta milik merupakan kejadian hari-hari di
mana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan
perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas
hidup mereka adalah perbuatan homoseks {liwat} di kalangan lelakinya dan
lesbian di kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu
bermaharajalela di dalam masyarakat sehinggakan ianya merupakan suatu
kebudayaan bagi kaum Sadum.
Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat
dari diganggu oleh mereka. Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka
dirampaslah barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak menyerahkannya maka
nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang
bermuka tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan di antara mereka
dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si
pendatang itu seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak
wanitanya pula.
Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan
moralnya dan sedemikian paras penyakit sosialnya diutuslah nabi Luth sebagai
pesuruh dan Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan ,kejahilan
dan kesesatan serta membawa mereka alam yang bersih ,bermoral dan berakhlak
mulia. Nabi Luth mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah
meninggalkan kebiasaan mungkar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan
kejahatan yang diilhamkan oleh iblis dan syaitan. Ia memberi penerang kepada
mereka bahawa Allah telah mencipta mereka dan alam sekitar mereka tidak
meredhai amal perbuatan mereka yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan
tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bahawa Allah akan memberi
ganjaran setimpal dengan amal kebajikan mereka. Yang berbuat baik dan beramal
soleh akan diganjar dengan syurga di akhirat sedang yang melakukan perbuatan
mungkar akan di balaskannya dengan memasukkannya ke dalam neraka Jahanam.
Allah SWT berfirman:
"Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul. Ketika
saudara mereka Luth, berkata kepada mereka: Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya
aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah
kepada Allah dan taatlah kepadaku." (QS. asy-Syu'ara: 160-163)
Dengan kelembutan dan kasih sayang semacam ini, Nabi Luth
berdakwah kepada kaumnya. Beliau mengajak mereka untuk hanya menyembah kepada
Allah SWT yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan melarang mereka untuk melakukan
kejahatan dan kekejian. Namun dakwah beliau berhadapan dengan hati yang keras
dan jiwa yang sakit serta penolakan yang berasal dari kesombongan.
Kaum Nabi Luth melakukan berbagai kejahatan yang tidak biasa
dilakukan oleh penjahat manapun. Mereka merampok dan berkhianat kepada sesama
teman serta berwasiat dalam kemungkaran. Bahkan catatan kejahatan mereka
ditambah dengan kejahatan baru yang belum pernah terjadi di muka bumi. Mereka
memadamkan potensi kemanusiaan mereka dan daya kreativiti yang ada dalam diri
mereka. Yaitu kejahatan yang belum pernah dilakukan seseorang pun sebelum
mereka di mana mereka berhubungan seks dengan sesama kaum lelaki (homo seks).
Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika ia berkata kepada
kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji itu sedang kamu
melihat(nya). Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu),
bukan mendatangi wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak dapat
mengetahui (akibat perbuatanmu)." (QS. an-Naml: 54-55)
Nabi Luth menyampaikan dakwah kepada mereka dengan penuh
ketulusan dan kejujuran, namun apa gerangan jawapan dari kaumnya:
"Maka tidak lain jawapan kaumnya melainkan mengatakan:
'Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; kerana sesungguhnya mereka itu
orang-orang yang (mendakwahkan dirinya) bersih.'" (QS. an-Naml: 56)
Mengapa mereka menjadikan sesuatu yang patut dipuji menjadi
sesuatu yang tercela yang kemudian harus diusir dan dikeluarkan. Tampak bahawa
jiwa kaum Nabi Luth benar-benar sakit dan mereka justru menganiaya diri mereka
sendiri serta bersikap angkuh terhadap kebenaran. Akhirnya, kaum lelaki
cenderung kepada sesama jenis mereka, bukan malah cenderung kepada wanita. Sungguh
aneh ketika mereka menganggap kesucian dan kebersihan sebagai kejahatan yang
harus disamakan. Mereka orang-orang yang sakit yang justru menolak ubat dan
memeranginya. Tindakan kaum Nabi Luth membuat had beliau bersedih. Mereka
melakukan kejahatan secara terang-terangan di tempat-tempat mereka. Ketika
mereka melihat seorang asing atau seorang musafir atau seorang tamu yang
memasuki kota ,
maka mereka menangkapnya. Mereka berkata kepada Nabi Luth, "sambutlah
tamu- tamu perempuan dan tinggalkanlah untuk kami kaum lelaki." Mulailah
perilaku mereka yang keji itu terkenal.
Nabi Luth memerangi mereka dalam jihad yang besar. Nabi Luth
mengemukakan argumentasi. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi
tahun berlalu, dan Nabi Luth terus berdakwah. Namun tak seorang pun yang
mengikutinya dan tiada yang beriman kepadanya kecuali keluarganya, bahkan
keluarganya pun tidak beriman semuanya. Isteri Nabi Luth kafir seperti isteri
Nabi Nuh:
"Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth perumpamaan
bagi orang- orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba
yang soleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada
kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun
dari (seksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): 'Masuklah ke neraka
bersama orang-orang yang masuk neraka.'" (QS. at-Tahrim: 10)
Jika rumah adalah tempat istirahat yang di dalamnya
seseorang mendapatkan ketenangan, maka Nabi Luth terseksa, baik di luar rumah
mahupun di dalamnya. Kehidupan Nabi Luth dipenuhi dengan mata rantai
penderitaan yang keras namun beliau tetap sabar atas kaumnya. Berlalulah tahun
demi tahun tetapi tak seorang pun yang beriman kepadanya, bahkan mereka mulai
mengejek ajarannya dan mengatakan apa saja yang ingin mereka katakan:
"Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu
termasuk orang- arang yang benar." (QS. al-'Ankabut: 29)
Ketika terjadi hal tersebut, Nabi Luth berputus asa kepada
mereka dan ia berdoa kepada Allah SWT agar menolongnya dan menghancurkan orang-
orang yang membuat kerosakan. Akhirnya, para malaikat keluar dari tempat Nabi
Ibrahim menuju desa Nabi Luth. Mereka sampai saat Ashar. Mereka mencapai
pagar-pagar Sudum. Sungai mengalir di tengah-tengah tanah yang penuh dengan
tanaman yang hijau.
Sementara itu, anak perempuan Nabi Luth berdiri sedang
memenuhi tempat airnya dari air sungai itu. Ia mengangkat wajahnya sehingga
menyaksikan mereka. Ia tampak kehairanan melihat kaum lelaki yang memiliki
ketampanan yang mengagumkan. Salah seorang malaikat bertanya kepada anak kecil
itu: "Wahai anak perempuan, apakah ada rumah di sini?" Ia berkata
(saat itu ia mengingat kaumnya), "Hendaklah kalian tetap di situ sehingga
aku memberitahu ayahku dan kemudian akan kembali pada kalian." Ia
meninggalkan wadah airnya di sisi sungai dan segera menuju ayahnya.
"Ayahku, ada pemuda-pemuda yang ingin menemuimu di
pintu kota . Aku
belum pernah melihat wajah-wajah seperti mereka," kata anak itu dengan
nada gugup. Nabi Luth berkata kepada dirinya sendiri: Ini adalah hari yang
dahsyat. Beliau segera berlari menuju tamu-tamunya. Ketika Nabi Luth melihat
mereka, beliau merasakan kehairanan yang luar biasa. Beliau berkata: "Ini
adalah hari yang dahsyat." Beliau bertanya kepada mereka: "Dari mana
mereka datang dan apa tujuan mereka?" Mereka malah terdiam dan justru
memintanya untuk menjamu mereka." Nabi Luth tampak malu di hadapan mereka,
kemudian beliau berjalan di depan mereka sedikit lalu beliau berhenti sambil
menoleh kepada mereka dan berkata: "Saya belum mengetahui kaum yang lebih
keji di muka bumi ini selain penduduk negeri ini." Beliau mengatakan
demikian dengan maksud agar mereka mengurungkan niat mereka untuk bermalam di
negerinya. Namun mereka tidak peduli dengan ucapan Nabi Luth dan mereka tidak
memberikan komentar atasnya.
Nabi Luth kembali berjalan bersama mereka dan beliau selalu
berusaha untuk mengalihkan pembicaraan tentang kaumnya. Nabi Luth memberitahu
mereka bahawa penduduk desanya sangat jahat dan menghinakan tamu-tamu mereka. Di
samping itu, mereka juga membuat kerosakan di muka bumi dan seringkali terjadi
pertentangan di dalam desanya. Pemberitahuan tersebut dimaksudkan agar para
tamunya membatalkan niat mereka untuk bermalam di desanya tanpa harus melukai
perasaan mereka dan tanpa menghilangkan penghormatan pada tamu. Nabi Luth
berusaha dan mengisyaratkan kepada mereka untuk melanjutkan perjalanannya tanpa
harus mampir di negerinya. Namun tamu-tamu itu sangat menghairankan. Mereka
tetap berjalan dalam keadaan diam. Ketika Nabi Luth melihat tekad mereka untuk
tetap bermalam di kota , beliau meminta kepada mereka
untuk tinggal di suatu kebun sehingga datang waktu Maghrib dan kegelapan
menyelimuti segala penjuru kota .
Nabi Luth sangat bersedih dan dadanya menjadi sempit. kerana rasa takutnya dan
penderitaannya sehingga ia lupa untuk memberi mereka makanan. Kegelapan mulai
menyelimuti kota .
Nabi Luth menemani tiga tamunya itu berjalan menuju rumahnya. Tak seorang pun
dari penduduk kota
yang melihat mereka. Namun isterinya melihat mereka sehingga ia keluar menuju
kaumnya dan memberitahu mereka kejadian yang dilihatnya. Kemudian tersebarlah
berita dengan begitu cepat dan selanjutnya kaum Nabi Luth menemuinya. Allah SWT
berfirman:
"Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat)
itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya kerana kedatangan mereka,
dan dia berkata: 'Ini adalah hari yang amat sulit.' Dan datanglah kepadanya
kaumnya dengan bergesa-gesa. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan
perbuatan-perbuatan yang keji." (QS. Hud: 77-78)
Mulailah terjadi hari yang sangat keras. Kaum Nabi Luth
bergegas menuju padanya. Nabi Luth bertanya pada dirinya sendiri: "Siapa
gerangan yang memberitahu mereka?" Kemudian ia menoleh ke kanan dan ke
kiri untuk mencari isterinya namun ia tidak menemuinya. Maka bertambahlah
kesedihan Nabi Luth.
Kaum Nabi Luth berdiri di depan pintu rumah. Nabi Luth
keluar kepada mereka dengan penuh harap, bagaimana seandainya mereka diajak
berfikir secara sehat? Bagaimana seandainya mereka diajak menggunakan fitrah
yang sehat? Bagaimana seandainya mereka tergugah dengan kecenderungan yang
sehat terhadap jenis lain yang Allah SWT ciptakan untuk mereka? Bukankah di
dalam rumah mereka terdapat kaum wanita? Seharusnya wanitalah yang menjadi
kecenderungan mereka, bukan malah mereka cenderung kepada sesama lelaki.
"Dia berkata: 'Hai kaumku, inilah puteri-puteri
(negeriku) mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan
janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di
antaramu seorang yang berakal." (QS. Hud: 78)
"Inilah puteri-puteri (negeriku)." Apa yang
dimaksud dengan pernyataan tersebut? Nabi Luth ingin berkata kepada mereka:
"Di hadapan kalian terdapat wanita-wanita di bumi. Mereka lebih suci bagi
kalian dalam bentuk kesucian jiwa dan fizik. Ketika kalian cenderung kepada
mereka, maka kecenderungan itu merupakan pelaksanaan dari fitrah yang
sehat." "Maka bertakwalah kalian kepada Allah." Nabi Luth
berusaha menjamah jiwa mereka dari sisi takwa setelah menjamahnya dari sisi
fitrah. Bertakwalah kepada Allah SWT dan ingatlah bahawa Allah SWT mendengar
dan melihat serta akan murka dan menyeksa orang-orang yang derhaka. Seharusnya
orang yang berakal sehat menghindari murka- Nya.
"Dan janganlah kalian mencemarkan namaku terhadap
tamuku ini." Ini adalah usaha gagal dari beliau yang mencuba menggugah
kemuliaan dan tradisi mereka sebagai orang Badwi yang harus menghormati tamu,
bukan malah menghinakannya. "Tidak adakah di antaramu seorang yang
berakal?" Tidakkah di antara kalian terdapat orang yang mempunyai fikiran
yang sehat? Tidakkah di antara kalian terdapat laki-laki yang berakal? Apa yang
kalian inginkan jika memang terwujud, maka itu hakikat kegilaan. Akal adalah
sarana yang tepat bagi kalian untuk mengetahui kebenaran. Sesungguhnya perkara
tersebut sangat jelas kebenarannya jika kalian memperhatikan fitrah, agama, dan
harga diri." Kaumnya menunggu hingga beliau selesai dari nasihatnya yang
singkat lalu mereka tertawa terbahak-bahak. Kalimat Nabi Luth yang suci itu
tidak mampu mengubah pendirian jiwa yang sakit, hati yang beku, dan fikiran
yang bodoh:
"Mereka menjawab: 'Sesungguhnya kamu telah tahu bahawa
kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu
tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.'" (QS. Hud: 79)
Demikianlah tampak dengan jelas bahawa kebenaran tersembunyi
di balik pengkaburan, suatu hal yang diketahui oleh dunia semuanya. Mereka
tidak mengatakan kepadanya apa yang mereka inginkan kerana dunia mengetahuinya
dan selanjutnya ia juga mengetahui, yakni isyarat yang buruk pada perbuatan
yang buruk.
Nabi Luth merasakan kesedihan dan kelemahannya di
tengah-tengah kaumnya. Dengan marah Nabi Luth memasuki rumahnya dan menutup
pintu rumahnya. Ia berdiri mendengarkan tertawa dan celaan serta pukulan
terhadap pintu rumahnya. Sementara itu, orang-orang asing yang dijamu oleh Nabi
Luth tampak duduk dalam keadaan tenang dan terpaku. Nabi Luth merasakan
kehairanan dalam dirinya ketika melihat ketenangan mereka. Dan pukulan-pukulan
yang ditujukan pada pintu semakin kencang. Mulailah kayu-kayu pintu itu tampak
rosak dan lemah, lalu Nabi Luth berteriak dalam keadaan kesal:
"Luth berkata: 'Seandainya aku mempunyai kekuatan
(untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat
(tentu aku lakukan).'" (QS. Hud: 80)
Nabi Luth berharap akan mendapatkan kekuatan sehingga dapat
melindungi para tamunya. Beliau mengharapkan seandainya terdapat benteng yang
kuat yang dapat melindunginya, yaitu benteng Allah SWT yang di dalamnya para
nabi dan kekasih-kekasih-Nya dilindungi. Berkenaan dengan hal itu, Rasulullah
berkata saat membaca ayat tersebut: "Allah SWT menurunkan rahmat atas Nabi
Luth. Ia berlindung pada benteng yang kukuh." Ketika penderitaan mencapai
puncaknya dan Nabi Luth mengucapkan kata-katanya yang terbang laksana burung
yang putus asa, para tamunya bergerak dan tiba-tiba bangkit. Mereka
memberitahunya bahawa ia benar-benar akan terlindung di bawah benteng yang kuat:
"Para utusan (malaikat) berkata: 'Hai Luth sesungguhnya
kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-sekali mereka tidak akan dapat
mengganggu kamu." (QS. Hud: 81)
Jangan berkeluh kesah wahai Luth dan jangan takut. Kami
adalah para malaikat, dan kaum itu tidak akan mampu menyentuhmu. Tiba-tiba
pintu terbelah. Jibril bangkit dan ia menunjuk dengan tangannya secara cepat
sehingga kaum itu kehilangan matanya. Lalu mereka tampak serampangan di dalam
dinding dan mereka keluar dari rumah dan mereka mengira bahawa mereka
memasukinya. Jibril as menghilangkan mata mereka.
Allah SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar
menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu kami butakan mata mereka, maka
rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya
mereka ditimpa azab yang kekal." (QS. al-Qamar: 37-38)
Para malaikat menoleh kepada Nabi Luth dan memerintahkan
kepadanya untuk membawa keluarganya di tengah malam dan keluar. Mereka
mendengar suara yang sangat mengerikan dan akan menggoncangkan gunung. Seksa
apa ini? Ini adalah seksa dari bentuk yang aneh. Para malaikat memberitahunya
bahawa isterinya termasuk orang-orang yang menentangnya. isterinya adalah
seorang kafir seperti mereka, sehingga jika turun azab kepada mereka, maka ia
pun akan menerimanya.
Keluarlah wahai Luth kerana keputusan Tuhanmu telah
ditetapkan. Nabi Luth bertanya kepada malaikat: "Apakah sekarang akan
turun azab kepada mereka?" Para malaikat memberitahunya bahawa mereka akan
terkena azab pada waktu Subuh. Bukankah waktu Subuh itu sangat dekat?
Allah berfirman SWT:
"Pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut
kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang
tertinggal, kecuali isterimu Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa
mereka kerana sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka adalah di waktu
subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?" (QS. Hud: 81)
Nabi Luth keluar bersama anak-anak perempuannya dan
isterinya. Mereka keluar di waktu malam. Dan tibalah waktu Subuh. Kemudian
datanglah perintah Allah SWT:
"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri
kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka
dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda
oleh Tuhanmu, dan seksaan itu tiadalah jauh dari orang- orang yang lalim. "
(QS. Hud: 82-83)
Para ulama berkata: "Jibril menghancurkan dengan ujung
sayapnya tujuh kota mereka. Jibril mengangkat semuanya ke langit sehingga para
malaikat mendengar suara ayam-ayam mereka dan gonggongan anjing mereka. Jibril
membalikkan tujuh kota itu dan menumpahkannya ke bumi. Saat terjadi kehancuran,
langit menghujani mereka dengan batu- batu dari neraka Jahim. Yaitu batu-batu
yang keras dan kuat yang datang silih berganti. Neraka Jahim terus menghujani
mereka sehingga kaum Nabi Luth musnah semuanya. Tiada seorang pun di sana.
Semua kota- kota hancur dan ditelan bumi sehingga terpancarlah air dari bumi.
Hancurlah kaum Nabi Luth dan hilanglah kota-kota mereka. Nabi Luth mendengar
suara-suara yang mengerikan. isterinya melihat sumber suara dan dia pun musnah."
Allah SWT berfirman tentang kota-kota Luth:
"Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang
berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali
sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada
negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada seksa yang pedih. "
(QS. adz-Dzariyat: 35-37)
"Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di
jalan yang masih tetap (dilalui manusia)." (QS. al-Hijr: 76)
"Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar
akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka
apakah kamu tidak memikirkannya." (QS. ash-Shaffat: 137-138)
Yakni ia adalah bukti kekuasaan Allah SWT yang zahir. Para
ulama berkata: "bahawa kota-kota yang tujuh menjadi danau yang aneh di
mana airnya asin dan deras airnya lebih besar dari derasnya air laut yang asin.
Dan di dalam danau ini terdapat batu-batu tarnbang yang mencair. Ini
mengisyaratkan bahawa batu-batu yang ditimpakan pada kaum Nabi Luth menyerupai
butiran-butiran api yang menyala. Ada yang mengatakan bahawa danau yang
sekarang bernama al-Bahrul Mayit yang terletak di Palestina adalah kota-kota
kaum Nabi Luth."
Tamatlah riwayat kaum Nabi Luth dari bumi. Akhirnya, Nabi
Luth menemui Nabi Ibrahim. Beliau menceritakan berita tentang kaumnya. Beliau
hairan ketika mendengar bahawa Nabi Ibrahim juga mengetahuinya. Nabi Luth terus
melanjutkan misi dakwahnya di jalan Allah s.w.t seperti Nabi Ibrahim. Mereka
berdua tetap menyebarkan Islam di muka bumi.
Kisah Nabi Luth Di Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada 85 ayat dalam
12 surah diantaranya surah "Al-Anbiyaa" ayat 74 dan 75 , surah
"Asy-Syu'ara" ayat 160 sehingga ayat 175 , surah "Hud" ayat
77 sehingga ayat 83 , surah "Al- Qamar" ayat 33 sehingga 39 dan surah
"At-Tahrim" ayat 10 yang mengisahkan isteri Nabi Luth yang
mengkhianati suaminya.
demikian
kisah Nabi Luth AS semoga bermanfaat.