Sejak semula tampak jelas bahwa pernikahan tersebut akan segera berakhir. Zainab tidak menyukai Zaid dan Zaid pun bukan tipe lelaki yang mampu menahan kehidupan bersama seorang wanita yang hatinya jauh darinya. Zaid datang kepada Nabi saw guna mengadu kepada beliau dan meminta izin untuk menceraikan istrinya. Allah SWT mewahyukan kepada Rasul-Nya agar membiarkan Zaid menceraikan istrinya, lalu hendaklah beliau menikahinya. Nabi saw merasakan kesulitan yang luar biasa dan beliau berbicara kepada Zaid agar ia terus melangsungkan kehidupannya dan bersabar. Nabi saw membayangkan apa yang dikatakan manusia kepadanya bahwa ia menikahi istri dari anaknya tetapi apa yang dikhawatirkan oleh Nabi saw justru merupakan sesuatu yang ingin dihapus oleh Allah SWT. Zaid bukanlah anaknya dan dalam Islam tidak ada sistem adopsi. Oleh karena itu, Zaid dapat mencerai istrinya lalu Nabi dapat menikahi Zainab untuk menetapkan apa yang diinginkan oleh Islam. Rasulullah saw mampu bersabar dan menahan diri saat mendengar berbagai ocehan yang akan dikatakan oleh manusia kepadanya. Ini bukanlah pengorbanan pertama dan terakhir yang beliau persembahkan untuk Islam. Berkenaan dengan itu, Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang
Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat
kepadanya: 'Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah,' sedang kamu
menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu
takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berrhak kamu takuti. Maka
tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya),
Kami nikahkan kamu dengan dia supaya tidak ada heberatan bagi orang-orang
mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak
angkat itu telah menyelesaikan keperluannya dari istrinya. Dan adalah ketetapan
Allah itu pasti terjadi. " (QS. al-Ahzab: 37)
Pemikahan beliau dipenuhi dengan unsur politik dan usaha
untuk menyebarkan kebaikan dan rahmat serta penghormatan nilai-nilai yang
tinggi dan menggabungkannya di rumah kenabian. Sementara itu, Ummu Habibah
binti Abu Sofyan bin Harb, pemimpin Quraisy dalam memerangi Islam, berhijrah
bersama suaminya ke Habasyah.
Ia berhadapan dengan keterasingan dan kekhawatiran dalam
membela agama Allah SWT. Kemudian suaminya mati meninggalkannya sendirian dalam
menjalani kehidupan. Sikapnya yang mulia demi menegakkan ajaran Islam dan hanya
menentang ayahnya merupakan nilai lebih yang menyebabkan Rasulullah saw
tertarik untuk menggabungkannya di rumah kenabian.
Pada suatu hari, Abu Sofyan menemuinya saat ia telah menjadi
istri Rasulullah saw. Abu Sofyan ingin duduk di atas tempat tidur Nabi lalu
Ummu Habibah berusaha menjauhkan tempt tidur itu dari ayahnya. Melihat sikap
anaknya itu, ayahnya bertanya kepadanya: "Apakah engkau mulai
membenciku?" Dengan penuh keberaniaan ia menjawab: "Ini adalah tempat
tidur Rasulullah saw dan engkau adalah seorang musyrik, maka engkau tidak boleh
menyentuhnya."
Adapun Shofiyah binti Huyay adalah anak seorang raja Yahudi.
Sedangkan Juwairiyah binti Haris, ayahnya seorang pemimpin kabilah Bani
Musthaliq. Bani Musthaliq menelan kekalahan saat berhadapan dengan kaum muslim
lalu kedua anak perempuan raja dan pemimpin kabilah itu jatuh menjadi tawanan.
Pemikahan Nabi dengan kedua wanita itu terkesan dipaksa oleh orang-orang yang
kalah itu dan sebagai ajakan agar kaum Muslim memperlakukan mereka dengan baik.
Mula-mula kaum Muslim menolak untuk bersikap lembut terhadap ipar-ipar Nabi,
namun Nabi dengan kelembutan sikapnya ingin menyingkap aspek kemanusiaan dalam
peperangannya dan beliau mengisyaratkan kepada kaum Muslim agar mereka
menunjukkan persaudaraan sesama manusia. Peperangan itu sendiri bukan sebagai
tujuan namun ia sebagai usaha mempertahankan Islam dan aspek tertinggi dari
Islam adalah rahmat dan cinta.
Jadi Nabi saw menikahi wanita-wanita dari orang-orang yang
kalah itu dengan maksud agar kebebasan dan kemuliaan kembali kepada keluarga
mereka dan mereka dapat masuk Islam secara puas dan sukarela. Kemudian beliau
menikah dengan Maryam al-Qibtiyah. Muqauqis telah memberikannya kepada Nabi
sebagai budak di mana itu merupakan simbol tali kasih yang diisyaratkan oleh
Al-Qur'an antara Islam dan Masehi dan sebagai bentuk hukum bagi kaum Muslim
dengan dihalalkannya pernikahan dengan wanita-wanita ahlul kitab.
Maryam memberikan anak kepada Nabi saw yang bernama Ibrahim,
nama dari kakeknya, bapak para nabi. Namun Ibrahim tidak hidup lama. Ia
meninggal saat masih menyusu. Kematiannya merupakan ujian bagi Nabi dan sebagai
isyarat dari Ilahi bahwa pewaris-pewaris Rasul dari kaum pria adalah para
pengikut Al-Qur'an dan para pembawa Islam, bukan anak-anak dari sulbinya.
Salah jika ada orang yang membayangkan bahwa Rasul saw
mempunyai banyak waktu untuk mencari kesenangan meskipun halal. Kesenangan
diperbolehkan bagi orang lain namun beliau lebih memilih untuk merasakan
penderitaan berjihad, menegakkan hukum, dan kesabaran. Salah jika ada orang
yang membayangkan bahwa Rasul saw hidup di rumahnya dengan keadaan ekonomi yang
lebih baik daripada orang yang termiskin dari kalangan Muslim di zamannya.
Kehidupan beliau di rumahnya penuh dengan kezuhudan yang
luar biasa sehingga sebagian istrinya mengeluhkan keadaan tersebut. Di antara
mereka ada yang berasal dari keluarga yang kaya seperti keluarga Abu Bakar atau
keluarga Umar bahkan sebagian istrinya bersatu untuk meminta kepada beliau agar
beliau menambah nafkah mereka sehingga Nabi meninggalkan istri-istrinya, lalu
tersebarlah isu yang menyatakan bahwa beliau telah menceraikan semua istrinya.
Kemudian turunlah ayat Takhyir (yaitu ayat yang memberikan pilihan kepada
istri-istri Nabi untuk tetap menjadi istri beliau atau diceraikannya). Turunlah
Al-Qur'an al-Karim memberikan pilihan pada istri-istri Nabi antara menjalani
kehidupan di rumah kenabian dengan penuh kesederhanaan atau menerima
perceraian. Allah SWT berfirman:
"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu: 'Jika kamu
sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya
kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika
kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di
negeri akhirat, maka Sesungguhnya Allah menyediakan siapa yang berbuat baik di
antaramu pahala yang besar. " (QS. al-Ahzab: 28-29)
Selesailah fitnah. Demikianlah pergulatan di rumah Rasul
saw. Akhirnya, istri-istri beliau memilih kehidupan zuhud dan bersabar serta
akhirat daripada kehidupan dunia. Permintaan istri-istri nabi tidak melebihi
hal-hal yang bersifat mubah, namun Rasul saw merupakan teladan bagi seluruh
umat, karena itu beliau harus menjadi teladan bagi umat sehingga beliau dapat
menjadi cermin tertinggi yang layak diemban oleh seorang yang memegang tampuk
kepemimpinan Muslimin. Allah SWT telah membalas pengorbanan istri-istri Nabi
saw dalam bentuk mengangkat kedudukan mereka dan menjadikan mereka sebagai ibu
dari kaum mukmin. Allah SWT berfirman:
"Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang
mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka."
(QS. al-Ahzab: 6)
Dan, sebagai penegasan terhadap keibuan spiritual ini, Islam
mewajibkan hijab yang teliti kepada mereka, yaitu suatu hijab yang tidak
diberlakukan seperti itu kepada Muslimah-Muslimah lain. Nabi saw melanjutkan
dakwahnya. Beliau mengirim surat
ke raja-raja dan para penguasa di mana beliau ingin menunjukkan universalitas
ajaran Islam. Nabi saw mengajak Kaisar Romawi untuk mengikuti Islam, lalu
beliau mengirim utusan ke Amir Damaskus mengajaknya untuk memeluk Islam, dan
beliau mengutus utusan ke Amir Basrah bagian dari wilayah Romawi dan
mengajaknya untuk mengikuti Islam, dan beliau juga mengirim surat ke penguasa
Qibti dan mengajaknya untuk masuk Islam, dan beliau juga menulis surat ke
Kisra, Raja Persia dan mengajaknya untuk mengikuti Islam. Beliau juga mengirim
utusan ke Amir Bahrain
dan mengajaknya untuk mengikuti Islam.
Lalu berbagai reaksi disampaikan berkenaan dengan
surat-surat Nabi itu. Di antara mereka ada yang berusaha menyampaikan kepada
pembawa surat bahwa ia masuk Islam dan mengembalikannya dengan hadiah, dan di
antara mereka ada yang merobek-robek surat itu dan di antara mereka ada yang
membalas surat itu dengan jawaban yang baik, dan di antara mereka ada yang
menerima kebenaran. Demikianlah hari berlalu dalam pergulatan yang tidak pernah
padam, suatu pergulatan yang dipimpin oleh Nabi sehingga beliau menaklukkan
Mekah dan menyucikan jazirah Arab. Akhirnya, manusia masuk dalam agama Allah
SWT dalam keadaan berbondong-bodong, dan Allah SWT menyempurnakan agama bagi
kaum Muslim dan Nabi saw melaksanakan haji wada' (haji yang terakhir) dan
turunlah kepada beliau wahyu di Arafah sebagaimana firman-Nya:
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itujadi
agama bagimu. " (QS. al-Maidah: 3)
Ayat tersebut dibacakan kepada Abu Bakar sehingga ia
menangis. Allah SWT merasa bahwa telah tiba waktunya untuk mengakhiri misi
Rasul-Nya. Aisyah berkata kepada anak-anak yang berteriak dan bermain-main di
luar rumah: "Diamlah kalian karena Rasulullah saw sedang sakit."
Anak-anak itu pun terdiam dan mereka merasakan ketakutan yang luar biasa. Pada
hari-hari terakhir, Rasulullah saw tidak lagi bercanda dengan mereka
sebagaimana yang biasa beliau lakukan.
Mereka memperhatikan bahwa kepucatan yang aneh menyelimuti
Nabi saw yang biasanya wajah beliau dipenuhi dengan senyuman hingga wajahnya
laksana lempengan emas. Nabi saw yang terakhir masuk dalam rumahnya dan hampir
saja beliau tidak kuat menahan langkah kedua kakinya. Beliau memasuki rumahnya
dan bersandar kepada tangan Fadl bin Abbas dan Ali bin Abu Thalib. Beliau
merasakan keletihan dan kesakitan. Kemudian Aisyah menidurkan beliau di atas
ranjangnya yang kasar dan Aisyah meletakkan tangannya di atas kening beliau.
Kepala beliau tampak panas karena saking hebatnya demam. Aisyah berkata dalam
keadaan kedua matanya mengucurkan air mata, "demi ayah dan ibuku, ya
Rasulullah apakah engkau merasakan sakit?" Nabi saw tersenyum untuk
menenangkan Aisyah lalu beliau tertidur. Kemudian mengalirlah dalam memori Nabi
saw berbagai gambar hidup: Jibril turun kepada beliau dengan membawa wahyu di
gua Hira. Beliau telah melewati waktu yang diberkati selama dua puluh tiga
tahun, yang sekarang tampak seperti mimpi. Bahkan empat puluh tahun yang
mendahuluinya tampak seperti gambar yang hanya dilukis sesaat.
Segala sesuatu menjadi mudah bagi Allah SWT dan Rasulullah
saw telah berhasil melalui berbagai penderitaan dengan penuh kesabaran, bahkan
beliau tidak pernah mengeluh sekali pun. Beliau mengajarkan akidah kepada para
pengikutnya dengan penuh kemantapan. Akhirnya, Islam menjadi mulia dan
benderanya semakin berkibar. Kemudian beliau bangun karena melihat tangisan
yang tersembunyi dari Aisyah. Beliau membuka kedua matanya dan melihat wajah
Aisyah sambil beliau sendiri berusaha melawan rasa pusing, demam, dan sakit
yang dirasakannya. Beliau kembali tersenyum untuk menenangkan Aisyah dan beliau
kembali memejamkan matanya dan tidak sadarkan diri. Apa gerangan yang menyebabkan
Aisyah menangis? Tidakkah Allah SWT memahkotai jihad Nabi saw yang berat dengan
penaklukan Mekah dan penyucian Baitul Haram?
Berbagai gambar hidup dan aktual melayang-layang dalam
memori Nabi saw. Beliau mengingat bagaimana tindakan orang Quraisy ketika
membantalkan perjanjian Hudaibiyah dan mereka memerangi Khaza'ah yang saat itu
bersekutu dengan kaum Muslim dan akhirnya mereka membunuh semua sekutu kaum
Muslim di Baitul Haram. Kemudian beliau berjalan bersama pasukan yang berjumlah
sepuluh ribu di mana semua pasukan telah siap, dan tentara Muslim turun dari
gunung Mekah laksana air bah yang tidak berhenti sedikit pun. Telah lewatlah
masa para pembawa tombak, panah, dan pedang; telah lewatiah masa di mana
Rasulullah saw memimpim pasukan yang di dalamnya terdapat kaum Muhajirin dan
Anshar. Di tengah-tengah pasukan besar tersebut yang berhasil menaklukkan
Mekah, Nabi saw menunggangi untanya dan beliau menundukkan kepalanya dengan
penuh rendah diri di hadapan Allah SWT sampai-sampai kepalanya hampir menyentuh
punggung unta yang dinaiki. Pintu Mekah terbuka untuk pasukan ini.
"Allah Maha Besar. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah. Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah. Marilah melaksanakan
salat. Marilah menuju keberuntungan. Allah Maha Besar. Tiada Tuhan selain
Allah."
Akhirnya, rumah itu dikembalikan kehormatannya dan
kemuliannya. Kemudian lagi-lagi arus berbagai gambar terlintas dalam memorinya:
itulah peperangan Hunain dengan kekalahannya, kemenangannya, dan ganimahnya;
Itulah Nabi saw yang memberikan ganimah terhadap orang-orang yang bergabung
dengan Islam hanya dua hari dari penduduk Mekah, dan mencegah untuk memberi
ganimah Hunaian kepada kaum Anshar yang telah memberikan segalanya untuk Islam.
Salah seorang di antara mereka berkata: "Demi Allah, Rasulullah saw telah
menemui kaumnya." Sa'ad bin 'Ubadah berjalan ke arah Rasulullah saw dan
memberitahunya bahwa kaum Anshar sedang marah. Rasul saw bertanya:
"Mengapa marah?" Sa'ad menjawab: "Mereka protes saat engkau
membagikan ganimah ini pada kaummu dan pada seluruh orang Arab namun mereka
tidak mendapatkan apa-apa." Rasulullah saw bertanya kepada Sa'ad bin
Ubadah: "Kamu sendiri bagaimana pendapatmu wahai Sa'ad?" Sa'ad
berkata: "Aku tidak lain kecuali seseorang dari kaumku." Rasulullah
saw berkata: "Kumpulkanlah kepadaku kaummu untuk masalah yang penting ini
dan jika kalian telah berkumpul, maka beritahulah aku."
Sa'ad mengumpulkan seluruh kaum Anshar lalu ia memberitahu
Rasul saw bahwa ia telah mengumpulkan mereka. Rasulullah saw keluar menemui
mereka dan berdiri di hadapan mereka sambil memuji Allah SWT dan kemudian
berkata: "Wahai orang-orang Anshar, tidakkah aku datang kepada kalian saat
kalian dalam keadaan sesat lalu Allah SWT memberikan petunjuk kepada kalian,
dan kalian menjadi orang-orang yang fakir lalu Allah SWT memampukan kalian, dan
kalian dalam keadaan bermusuhan lalu Allah SWT menyatukan hati kalian?"
Mereka menjawab: "Benar." Rasulullah saw berkata: "Mengapa
kalian tidak menjawab wahai kaum Anshar?" Mereka berkata: "Apa yang
kita akan katakan wahai Rasulullah dan dengan apa kita akan menjawabnya.
Sungguh segala karunia hanya milik Allah SWT dan Rasul-Nya."
Rasulullah saw berkata: "Demi Allah, seandainya kalian
mau niscaya kalian akan mengatakan dan benar apa yang kalian katakan: Engkau
datang kepada kami sebagai seorang yang terusir, maka kami melingdungimu dan
engkau datang dalam keadaan miskin lalu kami menghiburmu dan engkau datang
dalam keadaaan ketakutan lalu kami mengamankanmu dan engkau datang dalam
keadaan teraniaya lalu kami menolongmu." Mereka berkata: "Segala puji
dan karunia bagi Allah SWT dan Rasul-Nya." Rasulullah saw berkata:
"Wahai kaum Anshar, apakah kalian akan marah terhadap harta yang telah aku
berikan kepada suatu kaum dengan harapan agar keimanan meresap dalam hati
mereka dan kalian justru melupakan karunia yang telah Allah SWT berikan kepada
kalian dalam bentuk nikmat Islam. Tidakkah kalian wahai kaum Anshar merasa puas
ketika manusia pergi untuk melakukan perjalanan di musim dingin sedangkan
kalian pergi dengan Rasulullah saw. Maka demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya,
seandainya manusia melalui suatu jalan dan kaum Anshar melalui jalan yang lain
niscaya aku akan melalui jalan kaum Anshar. Ya Allah, rahmatilah kaum Anshar
dan anak-anak kaum Anshar dan cucu kaum Anshar."
Mendengar doa itu, kaum tersebut menanggis sehingga jenggot
mereka terbasahi dengan air mata dan mereka berkata: "Kami rela dengan
Allah SWT sebagai Tuhan dan sangat puas dengan pembagian Rasulullah saw."
Kemudian Nabi saw pun meninggalkan mereka dan mereka pergi dalam keadaan puas.
Orang-orang Anshar memahami bahwa Muslim yang hakiki di dunia adalah seorang
yang datang di dunia untuk memberi, bukan untuk mengambil. Nabi saw terbangun
dan beliau mendapati dirinya sendirian di kamar. Suhu tubuh beliau meningkat
karena demam, lalu beliau memanggil Aisyah dan meminta kepadanya untuk membawa
air yang dapat digunakannya untuk mendinginkan tubuhnya. Aisyah mulai
menuangkan air kepada Rasulullah saw sampai demam beliau berangsur-angsur
sedikit menurun. Tampak bahwa waktu berlalu cukup lambat dan berat. Sakit
Rasulullah saw semakin meningkat.
Beliau mulai merasa bahwa tidak mampu lagi untuk salat
bersama para sahabat, lalu beliau memerintahkan Abu Bakar untuk salat bersama
mereka. Pada saat Nabi mengalami antara keadaan terjaga dan tidur, beliau
selalu berpikir apa gerangan yang belum disampaikannya kepada manusia. Beliau
telah menyampaikan segala sesuatu dan telah mengajari mereka segala sesuatu
serta telah meninggalkan sebuah Kitab yang siapa pun berpegangan dengannya ia
tidak akan sesat.
Rasul saw mulai mengantuk dan berbagai nostalgia terlintas
di kepalanya. Beliau melihat dirinya di haji Wada'. Selesailah perjanjian yang
diberikan kepada kaum musyrik dan mereka telah dilarang untuk memasuki Masjidil
Haram dan sekarang Nabi saw keluar sebagai pemimpin haji dan mengajari kaum
Muslim cara manasiknya. Rasulullah saw memperhatikan ribuan orang-orang yang
bertauhid saat mereka menuju Baitul Haram dalam keadaan memenuhi panggilan Tuhan
dan tunduk kepadanya. Mereka menghidupkan memori kakek mereka, Ibrahim
Khalilullah. Nabi saw berdiri dan berpidato di tengah-tengah keramaian itu.
Nabi saw mulai merasakan bahwa kehidupannya di dunia sebentar lagi akan
berakhir. Beliau mengetahui bahwa kafilah ini akan pergi sendirian dalam
menjalani kehidupan. Beliau kembali menanamkan nilai-nilai Islam dan wasiat
dakwah di jalan Allah SWT. Setelah berjuang selama dua puluh tiga tahun
menegakkan agama Allah SWT, beliau bertanya kepada mereka: "Apakah aku telah
menyampaikan amanat Tuhan?" Lalu manusia yang hadir saat itu menyatakan
bahwa beliau benar-benar telah menyampaikan dakwah. Beliau memanggil Mu'ad bin
Jabal dan mengajarinya bagaimana berdakwah kepada manusia di jalan Allah SWT
dan bagaimana mengenalkan agama kepada mereka.
Kemudian beliau berwasiat kepadaa Mu'ad saat ia menunggangi
kendaraannya sedangkan Rasulullah saw beijalan di sebelah untanya:
"Sesungguhnya orang yang paling utama di sisiku adalah orang-orang yang
bertakwa, siapa pun mereka dan di mana pun mereka." Nabi saw adalah rahmat
bagi semua manusia dan sebagal cermin yang tertinggi dari cermin persaudaraan
dan kepatuhan. Beliau menegakkan Al-Qur'an di tengah-tengah umat Islam namun
beliau menolak segala bentuk penampilan yang biasa melekat pada seorang
penguasa atau raja atau pemimpin apa pun. Beliau berkata kepada para
sahabatnya: "Aku hanya seorang hamba Allah SWT dan Rasul-Nya."
Beliau keluar menemui sekelompok sahabatnya lalu sebagai
bentuk penghormatan kepada beliau mereka berdiri. Kemudian beliau memerintahkan
kepada mereka agar tidak berdiri. Ketika beliau keluar untuk menemui
sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya, maka beliau duduk bersama mereka di
tempat terakhir yang ditemukannya. Beliau sangat bersahabat dan ramah dengan
para sahabatnya, bahkan beliau bercanda dengan anak-anak mereka dan mendudukkan
mereka di ruangannya. Beliau memenuhi panggilan orang dewasa maupun anak-anak.
Beliau membesuk orang-orang yang sakit meskipun berada di tempat yang jauh.
Beliau menerima alasan orang yang mempunyai uzur. Beliau mendahului orang yang
ditemuinya dengan salam bahkan beliau mendahului berjabat tangan dengan para
sahabatnya.
Ketika seseorang datang untuk menemuinya saat beliau salat,
maka beliau mempersingkat salatnya dan menanyakan keperluan orang itu. Setelah
menyelesaikan keperluan manusia, beliau kembali menyelesaikan shalatnya. Beliau
selalu menebar senyum kepada kawan dan lawan dan memiliki kepribadian yang
paling baik. Ketika beliau berada di rumahnya, beliau melayani keluarganya. Beliau
mencuci bajunya. Beliau memperbaiki sandalnya dan memberi minum unta. Beliau
makan bersama pembantu. Beliau memenuhi kebutuhan orang yang lemah, orang yang
sedih, dan orang yang miskin. Bahkan kebaikan beliau dan kasih sayangnya sampai
pada tingkat di mana beliau membiarkan cucunya menaiki punggungnya saat beliau
sedang shalat.
Kasih sayang beliau tidak hanya terbatas kepada manusia
bahkan juga tertuju pada binatang dan pohon. Beliau memberi makan binatang
dengan tangannya sendiri bahkan beliau pernah merawat anjing yang sakit. Beliau
memerintahkan pasukan Islam saat berperang demi menegakkan keadilan Islam agar
mereka tidak membunuh anak kecil, orang tua, kaum wanita dan hendaklah mereka
tidak mencabut pohon dan tidak pula merobohkan rumah.
Apa yang dibawa oleh Nabi saw bukan hanya suatu
undang-undang yang mengatur hubungan antara manusia dan manusia yang lain, dan
apa yang dibawa oleh Nabi saw bukan hanya berisi suatu sistem untuk
meningkatkan kualitas kehidupan dan kemajuannya, ini semua adalah hal relatif
namun beliau datang dengan membawa peradaban yang abadi yang mengatur hubungan
antara manusia dan alam, dan mengembalikan keserasian di alam wujud sehingga
semua berjalan secara seimbang dan mencapai kesempurnaan menuju Allah SWT.
Meskipun pada titik terakhir dari kehidupannya, beliau masih sibuk mengurusi
masa depan dakwah dan beliau sangat cemas terhadap masa depan agama dan sangat
peduli dengan problema kaum Muslim. Beliau khawatir suatu saat Islam hanya
tinggal namanya namun hakikatnya telah lenyap. Namun sebelum beliau meninggal,
Allah SWT telah memperlihatkan kepada beliau sesuatu yang membuat hati beliau
menjadi tenang. Dan di hari Senin dari bulan Rabiul Awal yang mulia, beliau
kembali kepada Tuhannya dalam keadaan ridha dan diridhai.
Salam kepadamu ya Rasulullah dan kepada keluarga serta
sahabat yang setia bersamamu.
demikian kisah Nabi Muhammad SAW semoga bermanfaat.
demikian kisah Nabi Muhammad SAW semoga bermanfaat.
Kisah Nabi Muhammad SAW ( bagian 1-bagian 2-bagian 3-bagian 4-bagian 5-bagian 6 )