Pengertian
Kurikulum
Terdapat berbagai macam
pengertian diberikan kepada istilah kurikulum. Ada yang memberikan pengertian
secara luas maupun secara singkat. Kata kurikulum sendiri bukan berasal dari
Indonesia asli, namun kata serapan dari bahasa Yunani. Dalam bahasa Yunani,
kurikulum berarti Cucere yang berubah
menjadi kata benda Curriculum. Jamaknya
adalah Curicula yang pertama kali dicapai dunia atlantik Dalam kamus Webster
terdapat arti dari kurikulum, diantaranya:
1. Tempat
berlomba, jarak yang harus ditempuh pelari kereta lomba
2. Pelajaran-pelajaran
tertentu yang diberikan di sekolah maupun Perguruan Tinggi yang ditujukan untuk
mencapai suatu tingkat atau ijazah
3. Keseluruhan
pelajaran yang diberikan dalam suatu lembaga pendidikan
Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun
untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab
sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Menurut Hamalik
dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Dalam buku Secondary School Improvement (1971)
karya J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller menyebutkan bahwa kurikulum itu
termasuk metode pembelajaran, cara mengevaluasi siswa dan program pembelajaran,
perubahan tenaga pengajar, bimbingan penyuluh, supervisi dan
administrasi, alokasi waktu dan ruang, serta kemungkinan memilih mata
pelajaran.
Oleh karena itu, pembentukan kurikulum yang baik dalam pembelajaran
dijenjang pendidikan dsar sampai perguruan tinggi memiliki faktor-faktor yang
mempengaruhi serta prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh.
2.2
Prinsip-Prinsip
yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
Prinsip
yang dijadikan acuan oleh setiap tenaga pengajar dalam suatu lembaga dengan
lembaga yang lain terkadang memiliki perbedaan. Namun perbedaan tersebut pada
dasarnya tetap mengacu pada prinsip mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ada
beberapa prinsip yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kurikulum yang baik.
Seperti yang dikutip dari Sukmadinata dalam bukunya Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, prinsip tersebut
dikelompokkan menjadi 2 yaitu prinsip
umum dan khusus.
Prinsip
umum meliputi:
1. Prinsip
Relevansi: mengandung makna bahwa kompetensi yang dimiliki siswa harus relevan
dan sesuai kebutuhan di masyarakat. Sehingga dapat juga diartikan bahwa prinsip
ini harus memili keterkaitan/hubungan timbal baik antara komponen-komponen di
dalam dan luar sekolah.
2. Prinsip
Fleksibel: mengandung makna bahwa setiap kurikulum hendaknya bersifa fleksibel
atau lentur, terutama yang berkaitan dengan implementasinya. Kurikulum
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan jati diri program studi yang ada.
3. Prinsip
Kontinuitas: Mengandung makna bahwa adanya proses pengembangan
komponen-komponen kurikulum secara berkesinambungan. Harus ada ketuntasan dalam
penguasaan suatu kompetensi. Jika putus-putus maka dikhawatirkan makna
ketuntasan tersebut susah diperoleh
4. Prinsip
Kepraktisan: mengandung makna bahwa serangkaian kegiatan pengembangan kurikulum
mudah diikuti dan dilaksanakan. Seberapa baiknya kurikulum jika tidak dapat
dilaksanakan oleh pelaksanan lapangan maka sudah dapat ditebak pula apa hasil
yang akan dicapai
5. Prinsip
Efektifitas: mengandung makna bahwa prinsip yang dilaksanakan harus mampu
menghasilkan atau menyiapkan lulusan yang memenuhi harapan masyarakat
penggunaannya. Disinilah dimensi kepuasan pengguna lulusan prodi yang
diutamakan.
Sedangkan prinsip khusus yang tentu
tidak dapat disampingkan adalah:
1. Prinsip yang berkaitan dengan tujuan
pendidikan: bahwa pembentukan kurikulum harus berdasarkan pada tujuan
pendidikan baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang. Dan tujuan
tersebut harus bersumber pada kebijakan pemerintah, tuntutan dari masyarakat,
pandangan para ahli pendidikan, hasil riset maupun pengalaman dari Negara lain
2. Prinsip yang berkaitan dengan isi
pendidikan: memilih isi pendidikan harus mempertimbangkan penjabaran tujuan
pendidikan ke dalam kemampuan hasil belajar, isi bahan pelajaran, yang meliputi
pengetahuan, sikap, keterampilan, dan unit-unit kurikulum harus disusun secara
logis.
3. Prinsip yang berkaitan dengan
pemilihan proses belajar-mengajar: metode belajar mengajar setidaknya harus menyesuaikan
materi yang diajarkan. Metode ini berhubungan dengan tehnik pembelajaran yang
efektif untuk dilakukan dan diterapkan dalam suatu proses pembelajaran agar
materi mampu diserap oleh siswa.
4. Prinsip yang berkaitan dengan media
atau alat pembelajaran: pemilihan alat peraga dalam proses pembelajaran tentu
memiliki fungsi lebih dalam proses penyerapan materi oleh siswa. Media yang
dipilihpun juga harus sesuai dengan karakteristik materi, metode dan kondisi
kelas.
5. Prinsip yang berkaitan dengan
kegiatan penilaian: dalam setiap kurikulum pasti memiliki metode dalam
pemberian nilai. Karena nilai tersebut merupakan tujuan akhir dari setiap
proses pembelajaran yang diberikan oleh pengajar dan dinantikan oleh siswa.
Pemberian nilai tersebut harus objektif dan adil.
2.3
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
Ada tiga faktor
yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, yaitu:
1.
Pergururan Tinggi
Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh
terhadap kurikulum sekolah.
Pertama,
dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan
diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan
bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang
dikembangkan di perguruan tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan
dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi selain menjadi isi
kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan media pendidikan.
Kedua,
dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK, seperti IKIP, FKIP, STKIP).
Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan
kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari
guru-guru yang dihasilkannya.
Pengusaan keilmuan, baik ilmu
pendidikan maupun ilmu bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru
akan sangat mempengaruhi pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah.
Guru-guru yang mengajar pada berbagai jenjang dan jenis sekolah yang ada dewasa
ini, umumnya disiapkan
oleh LPTK melalui berbagai program, yaitu program diploma dan sarjana. Pada
Sekolah Dasar masih banyak guru berlatar belakang pendidikan SPG dan SGO,
tetapi secara berangsur-angsur mereka mengikuti peningkatan kompetensi dan
kualifikasi pendidikan guru melalui program diploma dan sarjana.
2.
Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari
masyarakat, yang diantaranya bertugas mempersiapkan anak didik untuk dapat
hidup secara bermatabat di masyarakat. Sebagai bagian dan agen masyarakat,
sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di tempat sekolah
tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi masyarakat
penggunanya serta upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka.
Masyarakat yang ada di sekitar sekolah
mungkin merupakan masyarakat yang homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban
menyerap dan melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu
kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha
yang ada di masyarkat akan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal ini karena
sekolah tidak hanya sekedar mempersiapkan anak untuk selesai sekolah, tetapi
juga untuk dapat hidup, bekerja, dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada di
masyarakat berimplikasi pada kurikulum yang dikembangkan dan digunakan sekolah.
3.
Sistem Nilai
Dalam kehidupan bermasyarakat
terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai
politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertangung jawab dalam
pemeliharaan dan pewarisan nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat.
Sistem nilai yang akan dipelihara
dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum. Persoalannya
bagi pengembang kurikulum ialah nilai yang ada di masyarakat itu tidak hanya
satu. Masyarakat umumnya heterogen, terdiri dari berbagai kelompok etnis,
kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, dan kelompok spritual
keagamaan, yang masing-masing kelompok itu memiliki nilai khas dan tidak sama.
Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politk, fisik,
estetika, etika, religius, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering juga
mengandung nwilai-nilai
yang berbeda.
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mengakomodasi berbagai
nilai yang tumbuh di masyarakat dalam kurikulum
sekolah, diantaranya:
a) Mengetahui
dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat
b) Berpegang
pada prinsip demokratis, etis, dan moral
c) Berusaha
menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
d) Menghargai
nlai-nilai kelompok lain
e) Memahami
dan menerima keragaman budaya yang ada
Berdasarkan analisis kami, bukan hanya 3 (tiga)
faktor yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum,
tetapi masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum.
Salah satunya landasan pengembangan kurikulum itu sendiri. Landasan
pengembangan kurikulum sangat mempengaruhi pengembangan kurikulum karena bila
landasannya berupa maka akan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Berdasarkan analisis kami, maka faktor-faktor lain
yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, diantaranya :
·
Filosofis
·
Psikologis
·
Sosial budaya
·
Politik
·
Pembangunan negara dan
perkembangan dunia
·
Ilmu dan teknologi (IPTEK)
1.
Filosofis
Filsafat
memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam
Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti:
perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan
rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada
aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella
Yulaelawati di bawah ini diuraikan tentang isi dari masing-masing aliran filsafat,
kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
a) Perenialisme lebih menekankan pada keabadian,
keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak
sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan
kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada
kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan
waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b) Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan
budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat
menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran
lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk
hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih
berorientasi pada masa lalu.
c) Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai
sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang
mesti memahami dirinya sendiri.
d) Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani
perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar
dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta
didik aktif.
e) Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari
aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan
sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti
pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan
masalah, berfikir kritis dan sejenisnya.
Aliran
Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran
filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum
Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi
pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat
rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum
Interaksional.
Masing-masing
aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena
itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung
dilakukan secara selektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan
berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat
ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi
pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih
menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme. Ini merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum (dari teacher center menjadi
student center).
2. Psikologis
Sukmadinata
mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari
pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi
belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang
perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi
perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan,
aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal
lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi
belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks
belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori
belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan. Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5
tipe kompetensi, yaitu:
a) Motif; sesuatu yang dimiliki
seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu
aksi.
b) Bawaan; yaitu karakteristik fisik
yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau informasi.
c) Konsep diri; yaitu tingkah laku,
nilai atau image seseorang.
d) Pengetahuan; yaitu informasi khusus
yang dimiliki seseorang.
e) Keterampilan; yaitu kemampuan
melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Kelima
kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber
daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih
tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan
motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian
seseorang. Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah
dikembangkan. Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini.
Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan
dikembangkan.
Dalam
konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa menyoroti tentang aspek
perbedaan dan karakteristik peserta didik. Dikemukakannya, bahwa sedikitnya
terdapat lima perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan;
(2) perbedaan kreativitas; (3) perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta
didik; dan (5) pertumbuhan dan perkembangan kognitif.
3.
Sosial-Budaya
Kurikulum
dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa
pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke
lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup,
bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta
didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun
informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat
pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya
menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan
pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi
terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan
diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh
karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan
kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di
masyakarakat.
Setiap
lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri
yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah
satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang
mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai
tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan
lainnya.
Sejalan
dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga
turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan
perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di
sekitar masyarakat.
Melalui
pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban
sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian,
kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan
berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik
dalam konteks lokal, nasional maupun global.
4.
Politik
Wiles
Bondi dalam bukunya `Curriculum Development: A Guide to Practice’ turut
menjelaskan pengaruh politik dalam pembentukan dan pengembangan kurikulum. Hal
ini jelas menunjukkkan bahwa pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh proses
politik, kerana setiap kali tampuk pimpinan sesebuah negara itu bertukar, maka
setiap kali itulah kurikulum pendidikan berubah.
5.
Pembangunan Negara dan
Perkembangan Dunia
Pengembangan
kurikulum juga dipengaruhi oleh faktor pembangunan negara dan perkembangan
dunia. Negara yang ingin maju dan membangun tidak seharusnya mempunyai
kurikulum yang statis. Oleh karena itu kurikulum harus diubah sesuai dengan
perkembangan zaman dan kemajuan sains dan teknologi.
Kenyataan
tersebut jelas menunjukkan bahwa perkembangan teknologi telah membawa perubahan
yang pesat pada kehidupan manusia di muka bumi ini. Oleh karena itu
pengembangan kurikulum haruslah sejajar dengan pembangunan negara dan dunia.
Kandungan kurikulum pendidikan perlu menitikberatkan pada mata pelajaran sains
dan kemahiran teknik atau vokasional kerana tenaga kerja yang mahir diperlukan
dalam zaman yang berteknologi dan canggih ini.
Namun
terkadang kurikulum yang ada di suatu Negara tidak sesuai dengan kenyataan
perkembangan teknologi dan sosial politik di masyarakatnya. Sehingga ketika
seseorang yang baru masuk dalam dunia pendidikan akan berfikair bahwa untuk
membentuk suatu sistem pendidikan yang baik haruslah merubah kurikulum yang
ada. Padahal hal itu sangat sulit. Sehingga yang biasa dilakukan hanyalah
melanjutkan kurikulum yang ada sebelumnya namun dengan cover yang baru
6.
Ilmu dan Teknologi (IPTEK)
Pada
awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif
sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat.
Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan
dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang.
Akal
manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang
tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil
kalau manusia bisa menginjakkan kaki di bulan, tetapi berkat kemajuan dalam
bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat
Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama
yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan
cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir
telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia
sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan
politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan
cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain
itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi.
Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat
beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan
kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana
belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai
pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap
ketidakpastian.
Perkembangan
dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi
dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu,
kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan
sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia.
Kesimpulan
Proses perkembangan kurikulum
sebagai sifatnya yang sentiasa berubah turut dipengaruhi oleh faktor-faktor
persekitaran yang merangsang reaksi manusia yang terlibat dalam kepentingannya
serta prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman. Adapun beberapa faktor
yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, yaitu meliputi:
1. Pergururan
Tinggi
2. Masyarakat
3. Sistem
Nilai
4. Filosofis
5. Psikologis
6. Sosial-Budaya
7. Politik
8. Pembangunan
Negara Dan Perkembangan Dunia
9. Ilmu
dan Teknologi (IPTEK)
Sedangkan prinsip yang dijadikan dasarnya adalah
sebagai berikut:
1. Relevansi
2. Fleksibel
3. Kontinuitas
4. Kepraktisan
5. Efektifitas