Az-Zubair bin Al-‘Awwam adalah seorang putra bibi Muhammad
yakni Shafiyah binti Abdul Muthalib, salah satu sahabat nabi dan termasuk as-Sabiqun
al-Awwalun, yaitu salah seorang dari 10 orang yang pertama masuk Islam. Zubair memiliki
kisah yang sangat luar biasa, awal masuk islam saja isempat di siksa oleh
pamannya dengan cara di masukkan kedalam karung tikar dan di bakar.
Sejarah Singkat Zubair bin Awwam
Zubair bin Awwam adalah salah seorang sahabat yang mulia. Ia
termasuk 10 orang yang dijamin masuk surga walaupun ia belum meninggal dunia.
Ia salah seorang dari enam ahli syura, yang memusyawarahkan pengganti khalifah
Umar bin Khattab, ini merupakan pengakuan terhadap keilmuan dan kematangannya.
Zubair merupakan keponakan dari ibunda Khadijah radhiallahu
‘anha, karena ayahnya adalah saudara laki-laki ibunda Rasulullah SAW. Ibunya bernama
Shafiyyah binti Abdul Muthalib. Nasab laki-laki Quraisy ini adalah sebagai
berikut: Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin
Kilab al-Qurasyi al-Asadi. Kun-yahnya adalah Abu Abdullah, Hawari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Zubair masuk Islam di Mekah saat berusia 15 tahun melalui
perantara Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu. Keislamannya membuat marah
keluarganya dan orang-orang kafir Quraisy. Pamannya marah besar dan menggulung
badannya dengan tikar, lalu dipanaskan dengan api agar ia kembali ke agama asalnya.
Namun Zubair tetap pada pendiriannya dan mengatakan “Aku tidak akan kembali
kepada kekufuran selama-lamanya”.
Zubair turut serta dalam dua kali hijrah, hijrah ke Habasyah
yang kemudian beliau menikah dengan putri Abu Bakar, Asma binti Abu Bakar
radhiallahu ‘anha, kemudian ke Madinah dan disana ia mendapat putra pertama
yang diberi nama Abdullah dan putra kedua Mush’ab radhiallahu ‘anhuma.
Kedudukan Zubair
Orang pertama yang
menghunus pedang di jalan Allah adalah Zubair
Dari Aurah dan Ibnu al-Musayyib keduanya berkta, “Laki-laki
pertama yang menghunuskan pedangnya di jalan Allah adalah Zubair.” Peristiwa
tersebut terjadi saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diganggu, lalu
ia menghunuskan pedangnya kepada orang-orang yang mengganggu Nabi.
Hawari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di hari Perang Ahzab, “Siapa yang akan
memerangi Bani Quraidhah?” Zubair menjawab, “Saya (ya Rasulullah)” Beliau
kembali bertanya, “Siapa yang akan memerangi Bani Quraidhah?” Zubair kembali
merespon, “Saya” Lalu Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setiap nabi memiliki
hawari (teman-teman setia), dan hawariku adalah Zubair.”
Malaikat Jibril
tampil dengan fisik Zubair bin Awwam di Perang Badar
Dari Aurah bin Zubair, “Zubair mengenakan mantel kuning (di
hari itu), lalu Jibril turun dengan menyerupai Zubair. Di Perang Badar, Rasulullah
menempatkan Zubair di sayap kanan pasukan, lalu ada sosok Zubair dekat dengan
Rasulullah, beliau berkata kepadanya, “Perangilah mereka wahai Zubair!” Lalu
orang itu menjawab, “Aku bukan Zubair.” Akhirnya Rasulullah mengetahui bahwa
itu adalah malaikat yang Allah turunkan dengan sosok Zubair, untuk membantu
kaum muslimin di Perang Badar.
Perselisihan Antara
Para Sahabat
Perselisihan antara para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam tentang tuntutan hukum terhadap pembunuh Utsmani bin Affan radhiallahu
‘anhu. Perselisihan yang mengakibatkan peperangan di antara mereka karena
disusupi oleh orang-orang yang mengadu domba. Perselisihan ini sekaligus ujian
bagi kita, apakah kita akan menjadi pencela sahabat Nabi atau kita tetap
menghormati mereka sebagaimana Allah dan Rasul-Nya telah memuliakan mereka.
Saat terjadi perselisihan antara sahabat tersebut, dua orang
ahli syura dan termasuk orang yang dijamin masuk surga, yaitu Thalhah bin
Ubaidillah dan Zubair bin Awwam berada di pihak yang berseberangan dengan Ali
bin Abi Thalib. Kedua orang sahabat Nabi ini, bertolak dari Mekah menuju
Bashrah di Irak untuk menuntut ditegakkannya hukum atas para pembunuh Utsman.
Peristiwa itu terjadi para tahun 36 H, puncaknya, terjadi Perang Jamal.
Berlinang air mata Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu
melihat ibunda Aisyah berada di tengah medan perang, lalu ia berteriak kepada
Thalhah, “Wahai Thalhah, apakah engkau datang untuk memerangi pengatinnya
Rasulullah, sementara istrimu aman berada di rumah?” Lalu Thalhah pun
terperanjat dengan ucapan tersebut, ia berlari dari medan fitnah, namun sebuah
anak panah lepas dari busurnya dan tepat menyasar urat kakinya. Karena
pendarahan dari luka tersebut, setelah beberapa waktu, Thalhah radhiallahu
‘anhu pun wafat.
Ali juga mengingatkan Zubair, “Wahai Zubair, aku memanggilmu
atas nama Allah. Tidakkah engkau ingat, suatu hari dimana engkau lalui bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, saat itu kita berada di suatu tempat,
Rasulullah bertanya kepadamu, ‘Wahai Zubair, apakah engkau mencintai Ali?’
Kau jawab, ‘Bagaimana bisa aku tidak mencintai anak dari
pamanku (baik dari pihak ayah ataupun ibu) dan dia seagama denganku’.
Beliau melanjutkan sabdanya, ‘Demi Allah wahai Zubair,
sungguh engkau akan memeranginya dan saat itu engkau berada di pihak yang
keliru’.”
Zubair mengatakan, ‘Aku ingat sekarang, dan aku hilaf dari
pesan beliau itu. Demi Allah, aku tidak akan memerangimu.” Setelah pergi dari
perang fitnah itu, akhirnya saat sedang shalat, Zubair wafat dibunuh oleh
seorang penghianat yang bernama Amr bin Jurmuz.
Zubair dalam beberapa
pertempuran
Zubair selalu ikut dalam semua peperangan bersama
Rasulullah, hingga tidak satu pun peperangan yang tidak ia ikuti. Hal ini
telihat banyaknya bekas luka pedang dan tombak di tubuhnya adalah bukti
keberanian dan kepahlawanannya.
Perang uhud
Seusai Perang Uhud, dan pasukan Quraisy sedang dalam
perjalanan pulang ke Makkah, Zubair dan Abu Bakar diperintahkan Rasulullah
memimpin kaum muslimin mengejar mereka agar mereka menganggap kaum muslimin
masih mempunyai kekuatan, sehingga mereka tidak berpikir untuk menyerbu
Madinah.
Abu Bakar dan Zubair membawa 70 tentara muslim. Sekalipun
Abu Bakar dan Zubair sebenarnya sedang mengikuti satu pasukan yang menang
perang dan berjumlah jauh lebih besar, namun kecerdikan dan siasat yang
dipergunakan keduanya berhasil mengecoh mereka. Mereka menyangka bahwa pasukan
yang dipimpin Abu Bakar dan Zubair adalah pasukan perintis dan di belakang
pasukan ini masih ada pasukan yang jauh lebih besar. Tentu saja ini membuat
mereka takut. Mereka pun mempercepat langkah menuju Makkah.
Perang Yarmuk
Di perang Yarmuk, Zubair memerankan satu pasukan tersendiri.
Ketika banyak prajuritnya yang lari ketakutan melihat jumlah pasukan Romawi
yang begitu banyak, ia berteriak, “Allaahu Akbar”, lalu menyerbu pasukan Romawi
sendirian dengan pedangnya.
Ia sangat percaya dengan kemampuannya di medan perang dan
itulah kelebihannya. Meskipun pasukannya berjumlah 100 ribu prajurit, namun ia
seakan-akan sendirian di arena pertempuran. Seakan-akan dia sendiri yang
memikul tanggung jawab perang. Keteguhan hati di medan perang dan kecerdasannya
dalam mengatur siasat perang adalah keistimewaannya.
Ketika pengepungan terhadap bani Quraidzah sudah berjalan
lama tanpa membawa hasil, Rasulullah menugaskan Zubair dan Ali bin Abi Thalib.
Keduanya berdiri di depan benteng musuh yang kuat dan berkata, “Demi Allah,
mari kita rasakan apa yang dirasakan hamzah. Atau, akan kita buka benteng
mereka.” Keduanya melompat ke dalam benteng. Dengan kecerdasannya, ia berhasil
membuat takut orang-orang yang berada dalam benteng dan berhasil membuka pintu
benteng sehingga pasukan Islam berhamburan menyerbu ke dalam benteng.
Perang Hunain
Di perang hunain, suku Hawazin yang dipimpin Malik bin Auf
menderita kekalahan yang memalukan. Tidak bisa menerima kekalahan yang
diderita, Malik beserta beberapa prajuritnya bersembunyi di sebuah tempat,
mengintai pasukan Islam, dan bermaksud membunuh para panglima Islam. Ketika
Zubair mengetahui kelicikan Malik, ia langsung menyerang mereka seorang diri
dan berhasil mengobrak-abrik mereka.
Rasulullah sangat sayang kepada Zubair. Beliau bahkan pernah
menyatakan kebanggaannya atas perjuangan Zubair. “Setiap nabi mempunyai pembela
dan pembelaku adalah Zubair bin Awwam.
Wafatnya Zubair
Zubair bin Awwam radhiallahu ‘anhu wafat pada bulan Rabiul
Awal tahun 36 H. Saat itu beliau berusia 66 atau 67 tahun. Ia dibunuh oleh
seorang yang bernama Amr bin Jurmuz. Kabar wafatnya Zubair membawa duka yang
mendalam bagi amirul mukminin Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, ia
mengatakan, “Nerakalah bagi pembunuh putra Shafiyyah ini.” Saat pedang Zubair
dibawakan ke hadapannya, Ali pun menciumi pedang tersebut sambil berurai air
mata, lalu berucap “Demi Allah, pedang yang membuat pemilikinya mulia (dengan
berjihad) dan dekat dengan Rasulullah (sebagai hawari pen.).
Sumber referensi:
https://kisahmuslim.com/4402-zubair-bin-awwam-radhiallahu-anhu.html
https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/2014/07/zubair-bin-awwam.html